Pengamat Politik Hendri Satrio: Golkar Hitam Vs Golkar Putih Warnai Dinamika Jelang Munas
Ia berharap kontestasi calon ketua umum Partai Golkar di Munas nanti akan berlangsung demokratis tanpa gesekan yang merugikan partai.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Suhu politik di internal Partai Golkar makin menghangat menjelang penyelenggaraannMusyawarah Nasional Desember 2019 mendatang.
Pengamat politik Hendri Satrio melihat ada fenomena baru yang muncul menjelang Munas Partai Beringin ini.
Yakni, munculnya pengelompokan antara pihak yang menginginkan Golkar sebagai partai yang bersih dan terlihat baru dengan kelompok yang justru membawa arah sebaliknya yang ingin merusak Golkar.
"Kalau dikelompokkan maka ada dua arus utama itu, diumpamakan ada Golkar Putih dan Golkar Hitam. Persepsi hitam versus putih ini sering muncul menjelang Munas, karena kedua pemilik suara biasanya membanding-bandingkan kandidat yang ada," kata Hendri Satrio dalam diskusi bertajuk "Membongkar Hitam Putih Golkar," di Jakarta, Kamis (19/9/2019).
Dia menjelaskan, Golkar Putih membawa angin perubahan besar dengan aspek kebaruan yang dibawa serta citra sebagai partai bersih dengan figur yang relatif dipercaya karena integritasnya.
Baca: Rumah Mewah Nia Ramadhani Halamannya Seluas Lapangan Bola, Ada Perosotan di Kamar Anak
Sementara, "Golkar hitam yang justru dipersepsi pragmatis, oportunis dan bisa saja bila salah langkah malah merusak Golkar," kata Hendri Satrio.
Dia menjelaskan tarik-menarik dua kelompok ini selalu muncul menjelang Munas dan sangat memengaruhi sosok yang akan maju sebagai Ketua Umum Golkar.
Baca: Penuturan Meisya Siregar, Pernah Pegang Tangan Mantan Suami yang Sakit di Depan Bebi Romeo
"Representasi itu ada pada kandidat Caketum yang akan maju pada Munas. Tinggal adu kuat apakah yang hitam atau putih yang menang. Atau memang tidak ada yang hitam dan keduanya saat ini sama-sama putih?" kata Hensat, panggilan akrab Hendri Satrio.
Baca: Mengintip Rumah Wah Anang dan Ashanty di Cinere yang Dijual, Semewah Apa Coba?
Hensat menambahkan kedua kandidat baik, walaupun sekilas dari persepsi atau pandangannya, persepsi Golkar Putih saat ini lebih menguat pada sosok calon ketua umum Airlangga Hartarto karena sosoknya bersih, punya ide segar membesarkan Golkar, kreatif dengan gagasan baru.
Airlangga juga mampu menjaga kedekatan Golkar dengan Presiden. "Mungkin juga karena Airlangga lebih dikenal ya, sehingga citra baik mudah terbentuk," kata Hensat.
Tradisinya kata dia sosok Ketua Umum Golkar adalah sosok yang berada dekat dengan kekuasaan. "Dan posisi itu saat ini ada bersama Pak Airlangga," kata dia.
Pada kesempatan yang sama Politikus Golkar Putri Aneta Komarudin menegaskan Partai Golkar saat ini menjadi sangat terbuka dan demokratis termasuk bagi kelompok milenial.
"Golkar adalah partai yang open terhadap milenial, buktinya saya yang bisa terpilih ke DPR di umur 26 tahun. Juga bukti bahwa kaderisasi yang berhasil di partai kami," kata Putri.
Ia berharap kontestasi calon ketua umum Partai Golkar di Munas nanti akan berlangsung demokratis tanpa gesekan yang merugikan partai.
"Kami yang muda berharap agar tokoh senior partai mampu mengelola dinamika ini dengan baik dan elegan sehingga Golkar meski ada dinamika tetapi tetap solid," tukas Putri.
Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadziliy menyatakan, Golkar yang masih bisa bertahan dengan capaian pada Pileg 2019 sebagai pemenang kursi kedua di DPR RI adalah prestasi Ketua Umum Airlangga Hartarto yang harus diapresiasi.
"Bukan hanya itu tetapi juga capaian Pa Airlangga bersama Golkar bisa memenangkan Pak Jokowi dan Pak Maruf Amin itu suatu capaian yang sangat positif,: kata dia.
"Karena itu wajar jika dukungan dari bawah bagi Pak Airlangga untuk melanjutkan lagi kepemimpinan lima tahun ke depan," imbuhnya