KPAI Tak Mau Buru-Buru Sikapi Keterlibatan Pelajar yang Ikut Berunjuk Rasa
Ketua KPAI Susanto mengatakan pihaknya harus benar-benar lebih dulu mempelajari data, fakta di lapangan serta beriringan sesuai regulasi yang ada.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) belum mau terburu-buru mengambil sikap soal banyaknya pelajar bangku sekolah menengah yang terlibat aksi unjuk rasa diberbagai daerah hingga berujung rusuh.
Ketua KPAI Susanto mengatakan pihaknya harus benar-benar lebih dulu mempelajari data, fakta di lapangan serta beriringan sesuai regulasi yang ada.
"Kita nggak boleh buru-buru menyikapi hal ini, kita benar-benar berbasis fakta, data, dan sesuai regulasi," ungkap Susanto di kantor KPAI, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (2/10/2019).
Baca: Cloudera Luncurkan Data Cloud Enterprise Pertama di Industri
Baca: Lirik dan Video Klip Single Baru Charlie Puth Cheating On You, Kisahkan Kerinduan pada Mantan
Baca: Empat Pengeroyok Ketua PAC PDIP Kecamatan Patrang Ditahan, Korban Hingga Kini Belum Sadar
Sedangkan soal kasus 2 orang siswa di Purworejo yang disebut dikeluarkan dari sekolah karena ikutan aksi demonstrasi, KPAI mengaku perlu mendalami lagi bagaimana duduk perkara sesungguhnya.
Sebab kata Susanto, tak menutup kemungkinan 2 orang pelajar tersebut bersangkutan dengan proses hukum yang lain, di luar dari kasus keterlibatan dalam aksi unjuk rasa.
"Makanya kita dalami dulu. Apakah kasus seorang pelajar dikeluarkan dari sekolah hanya terlibat karena kasus ini (ikut unjuk rasa) saja atau yang lain. Makanya saya kira ini kita harus proporsional," jelas dia.
Dalam kesempatan yang sama, Susanto juga menyebut bahwa ajakan aksi demonstrasi yang tersebar dan viral di media sosial, berpengaruh tinggi terhadap tingkat partisipasi pelajar ikut aksi demonstrasi.
Bahkan, hampir 40 persen anak-anak yang duduk di bangku sekolah menengah, hadir di area lokasi demonstrasi.
Menurutnya hal ini sebagai cermin bahwa paparan narasi ajakan di media sosial sangat mempengaruhi keputusan pelajar ikut-ikutan turun ke lokasi demo.
"Hampir 40 persen anak hadir di area lokasi demonstrasi itu menunjukan bahwa luar biasa pengaruh ajakan itu kepada anak anak kita," ujar Susanto.