Pengamat: Kelompok Radikal Jadikan Penusukan Wiranto Sebagai Bentuk Eksistensi
Dia menjelaskan, pelaku teror mencari kesempatan untuk melakukan penyerangan kepada target sasaran.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Intelijen dan Keamanan mahasiswa doktoral Universitas Indonesia, Stanislaus Riyanta, mengungkap motif penusukan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto.
Menurut dia, upaya penusukan tersebut dilakukan untuk menunjukkan eksistensi dari kelompok radikal yang berafiliasi dengan jaringan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Bagi mereka penusukan untuk eksistensi," kata Stanislaus, kepada wartawan, Kamis (17/10/2019).
Dia menjelaskan, pelaku teror mencari kesempatan untuk melakukan penyerangan kepada target sasaran.
Baca: Viral di Facebook, Gadis Blitar Ingin Jual Ibunya yang Sakit, Ngaku Kerap Tampar dan Tendang Ibunya
Baca: Soal Istri Nyinyir, Sersan Sampai Kopral Kena Batunya, Jenderal Andika Perkasa: Tambah 5 Kita Proses
Baca: KPK Kembali Periksa Staf Keuangan Waskita Karya soal Dugaan Korupsi 14 Proyek
"Memanfaatkan momentum yang ada, kerumunan massa, konsentrasi aparat, memanfaatkan momentum tahun baru, natal," kata dia.
Untuk itu, dia menilai, tepat langkah Polri mengamankan puluhan orang jelang acara pelantikan presiden-wakil presiden, pada 20 Oktober 2019.
Sebab, apabila dibiarkan bukan tidak mungkin akan terjadi gangguan keamanan pada saat acara tersebut.
"Melihat sudah terjadi peneterasi dan penangkapan akan sangat sulit momentum (gangguan keamanan,-red) itu di Jakarta," tambahnya.
Untuk diketahui, Detasemen Khusus 88/ Antiteror Polri menangkap 22 orang terduga teroris di sejumlah wilayah. Penangkapan dilakukan mulai 10-14 Oktober 2019 atau sejak peristiwa penusukan terhadap Menko Polhukam Wiranto di Alun-alun Menes, Kabupaten Pandeglang.