Robikin Emhas: Celana Cingkrang dan Perempuan Bercadar Tak Bisa Diartikan Penganut Paham Radikal
Dia menjelaskan, radikalisme timbul karena adanya sikap yang menandakan kesanggupan kekuatan yang berbeda.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Robikin Emhas, menilai paham radikalisme tidak dapat dianalogikan seseorang memakai celana sempit atau celana cingkrang dan perempuan bercadar.
Menurut dia, radikalisme yang berbau agama baik ekstrem kanan ataupun kiri dipicu oleh ketidakadilan global maupun domestik.
"Tidak bisa diartikan sempit seperti celana cingkrang atau perempuan bercadar, tidak bisa begitu. Karena radikalisme itu anak kandung dari intoleransi," kata Robikin, saat dihubungi Tribunnews.com, Jumat (22/11/2019).
Baca: BNPT Tidak Akan Rilis Data Kementerian, Lembaga, BUMN, dan Kampus yang Terpapar Radikalisme
Dia menjelaskan, radikalisme timbul karena adanya sikap yang menandakan kesanggupan kekuatan yang berbeda.
Sementara itu, kata dia, agama termasuk agama Islam menegaskan perbedaan itu merupakan suatu "Sunatullah" dan keragaman atau kebhinekaan itu merupakan sesuatu yang lumrah.
Baca: Fenomena di Jember, Ada Ribuan Mahasiswa Unej Terpapar Radikalisme, Sebagian Terkait Khilafah
"Islam itu mengajarkan perbedaan itu 'lita'arofu' agar kalian bekerjasama meningkatkan keunggulan kehidupan bersama bukan menegaskan yang kecil dimatikan melainkan dicari titik temu," kata dia.
Dia menegaskan, apabila sikap intoleransi tidak ada dan semua orang sudah toleran terhadap sesama, maka tidak akan ada radikalisme.
"Kalau radikalisme tidak ada maka tidak ada juga ekstrimisme dan kalau keduanya tidak ada maka tidak ada terorisme. Dunia akan aman dan tentram," tambahnya.