Tak Percaya Ditunjuk Jokowi Jadi Staf Khusus, Angkie Yudistia: Perasaan yang Unbelievable
Angkie Yudistia penyandang disabilitas sekaligus sebagai juru bicara Presiden di bidang Sosial mengaku terkejut ketika dirinya dipilih Jokowi.
Penulis: Indah Aprilin Cahyani
Editor: Tiara Shelavie
Baca: Teten Masduki: Kalau Ditugaskan Pak Jokowi Hari Ini Harus Selesai Kemarin
"Dimana sudah waktunya disabilitas bukan kelompok minoritas tapi kita dianggap setara," ujarnya, dilansir dari kanal Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (21/11/2019).
Pendiri Thisable Enterprise ini, menekankan bahwa sudah saatnya penyandang disabilitas bukan lagi kelompok minoritas dan dianggap setara.
"Dimana sudah waktunya disabilitas bukan kelompok minoritas tapi kita dianggap setara," ujarnya.
Angkie pun mengharapkan dapat bekerja lebih baik dengan dukungan dari Staf Khusus Presiden lainnya, serta masyarakat untuk menjadikan Indonesia lebih ramah disabilitas.
Perempuan berusia 32 tahun ini adalah anak muda penyandang disabilitas yang aktif bergerak di sosiopreneur melalui Thisable Enterprise yang didirikannya.
Baca: Lewat Pengadaan Alutsista Modern, Jokowi Ingin Indonesia Jadi Kekuatan yang Disegani
Aktif sebagai anggota Asia-Pacific Federation of the Hard of Hearing and Deafened dan anggota International Federation of Hard of Hearing Young People.
Selain itu, menurut Presiden Jokowi, para staf khusus milenial tersebut akan menjadi jembatan antara Presiden dengan anak-anak muda, santri muda, hingga diaspora yang tersebar di berbagai tempat.
"Saya yakin dengan gagasan-gagasan segar dan kreatif untuk membangun negara ini, kita akan lihat nanti gagasan-gagasan itu apakah bisa diterapkan dalam pemerintahan," imbuhnya.
Jokowi pun berharap akan muncul ide, gagasan, inovasi hingga terobosan baru dari para Staf Khusus Presiden yang baru tersebut akan semakin memudahkan Presiden mengelola negara Indonesia.
Baca: Jokowi Tuntut Pengembangan Destinasi Prioritas Pariwisata Harus Gerak Cepat
Ia juga memberikan contoh, melalui pendekatan aplikasi sistem dalam mengelola puskesmas yang tersebar di seluruh Tanah Air.
"Ada 300 ribu sekolah, bagaimana kita bisa berbicara dengan mereka dengan aplikasi sistem yang akan kita bangun."
"Ada 514 kabupaten dan kota, bagaimana kita bisa meng-handle komplain, kemudian memberikan perintah-perintah, sehingga ada kecepatan di situ."
"Saya kira arahnya ke sana," jelasnya.
(Tribunnews.com/Indah Aprilin Cahyani)