Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pemerhati Pendidikan Nilai Teks Pidato Nadiem Makarim Mengandung Pesan untuk Membentuk Guru Tangguh

Pemerhati dan Praktisi Pendidikan 4.0 Indra Charismiadji menganggap Mendikbud Nadiem Makarim sudah punya gambaran mengenai pendidikan di Indonesia.

Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Pemerhati Pendidikan Nilai Teks Pidato Nadiem Makarim Mengandung Pesan untuk Membentuk Guru Tangguh
Youtube Kompas TV
Pemerhati dan Praktisi Pendidikan 4.0 Indra Charismiadji menganggap Mendikbud Nadiem Makarim sudah punya gambaran mengenai pendidikan di Indonesia. 

TRIBUNNEWS.COM - Pemerhati dan Praktisi Pendidikan 4.0, Indra Charismiadji menganggap Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Nadiem Makarim sudah punya gambaran mengenai pendidikan di Indonesia.

Tanggapan Indra Charismiadji disampaikan dalam acara Kompas Petang yang kemudian diunggah oleh kanal YouTube KompasTV, Minggu (24/11/2019).

Dalam acara tersebut Indra Charismiadji membahas mengenai isi teks pidato Nadiem Makarim untuk peringatan Hari Guru yang jatuh pada hari ini, Senin (25/11/2019).

Sebelumnya, isi teks pidato Nadiem Makarim tersebut sempat viral di media sosial.

"Dengan beliau mengeluarkan statement seperti ini (teks pidato Nadiem Makarim untuk peringatan Hari Guru), saya yakin beliau sudah punya gambaran apalagi dengan kajian di Pasuruan (sekolah rubuh), memang butuh kolaborasi," jelas Indra Charismiadji.

Indra Charismiadji kemudian berharap tim Nadiem Makarim mampu membuat perubahan di bidang pendidikan.

Merangkul pemerintah daerah dan Kementerian Agama, serta kementerian lain terkait untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul.

Viralnya pidato Mendikbud, Nadiem Makarim saat peringati Hari Guru Nasional 2019
Viralnya pidato Mendikbud, Nadiem Makarim saat peringati Hari Guru Nasional 2019 (Tribunnews.com dan Tangkapan layar website kemendikbud.go.id)
BERITA REKOMENDASI

"Saya menyarankan bahwa timnya Mas Menteri ini akan banyak merangkul pemerintah daerah, kementerian agama, kementerian lain yang berhubungan, dengan mulai bersama sama membangun SDM yang unggul," ungkapnya.

Indra Charismiadji menilai ada pesan yang ingin disampaikan Nadiem Makarim dalam teks pidatonya untuk peringatan Hari Guru.

Yakni membentuk guru-guru tangguh yang berinovasi.

"Membentuk guru-guru yang tangguh, membentuk guru-guru yang bisa berinovasi, membuat Nadiem-Nadiem Makarim yang baru, itu kalau saya lihat pesannya demikian," jelas Indra.

Lebih lanjut, Indra menilai bahwa isi teks pidato tersebut menyiratkan jika Nadiem Makarim menyadari bahwa kunci dari pembangunan SDM adalah guru.


"Berarti beliau itu menyadari memang kunci dari pembangunan SDM itu adalah guru-guru, ujung tombaknya guru-guru," terangnya.

Indra Charismiadji menganggap apa yang dilakukan dan disampaikan oleh Nadiem Makarim sudah tepat.

"Apa yang beliau lakukan ini, apa yang beliau sampaikan ini, langkahnya sudah tepat," kata Indra.

Indra Charismiadji juga menuturkan harapannya untuk pendidikan di Indonesia di bawah Mendikbud Nadiem Makarim.

"Kita itu butuh blueprint (sistem pendidikan yang dibuat untuk jangka panjang), kita itu sama sekali belum punya blueprint pendidikan yang menyeluruh," terang Indra.

Selain itu, Kemendikbud harus memperbaiki dan mengawasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

"Salah satu problem besar kita adalah di LPTK, sekarang ini yang harus diawasi adalah LPTK atau FKIP itu yang betul-betul harus upgrade lah," ujarnya.

Teks Pidato Nadiem Makarim Viral, Pemerhati Pendidikan: Ini Artinya Pilihan Jokowi Tepat

Teks pidato yang akan dibacakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim dalam peringatan Hari Guru pada hari ini, Senin (25/11/2019) telah viral di media sosial.

Dalam teks pidato tersebut, Nadiem menyoroti tentang tugas guru yang selalu tersandung oleh birokrasi administrasi.

Pemerhati dan Praktisi Pendidikan 4.0,Indra Charismiadji turut berkomentar soal teks pidato tersebut.

Indra Charismiadji menyampaikan tanggapannya dalam acara Kompas Petang yang kemudian diunggah oleh kanal YouTube KompasTV, Minggu (25/11/2019).

Indra Charismiadji menilai pilihan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunjuk Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan adalah pilihan yang tepat.

"Yang pertama kita lihat, dengan viralnya pidato beliau ini mungkin pidato Mendikbud pertama yang viral sepanjang sejarah bangsa ini, ini kan berarti pilihan Pak Jokowi tepat," ujar Indra.

Artinya masyarakat saat ini sudah antusias bicara mengenai pendidikan.

Menurut Indra, sebelumnya bahasan mengenai pendidikan adalah sesuatu yang tidak disukai oleh masyarakat bahkan politisi.

Sebab, output dari pendidikan itu lama.

Indra Charismiadji dalam acara Kompas Petang berdiskusi mengenai teks pidato Nadiem Makarim untuk Hari Guru 25 November 2019. (Tangkap Layar Kompas TV).
Indra Charismiadji dalam acara Kompas Petang berdiskusi mengenai teks pidato Nadiem Makarim untuk Hari Guru 25 November 2019. (Tangkap Layar Kompas TV). (KompasTV)

"Artinya sekarang masyarakat begitu antusiasnya bicara tentang pendidikan."

"Selama ini kan orang siapa yang suka bicara tentang pendidikan bahkan politisi itu paling tidak suka dengan pendidikan, kenapa? Hasilnya lama," kata Indra.

Indra menganggap bahwa Nadiem akan mampu mengangkat pendidikan di Indonesia.

"Ya sekarang kita punya menteri yang fenomenal, beliau akan mengangkat pendidikan Indonesia ini," ujarnya.

lebih lanjut, Indra Charismiadji menjelaskan mengenai lembar kedua dari teks pidato Nadiem Makarim.

Dalam lembar kedua teks pidato tesrebut Nadiem Makarim mengajak untuk melakukan perubahan kecil bukan besar.

Ajaklah kelas berdiskusi, bukan hanya mendengar.

Berikan kesempatan kepada murid untuk mengajar di kelas.

Cetuskan proyek bakti sosial yang melibatkan seluruh kelas.

Temukan suatu bakat dalam diri murid.

Tawarkan bantuan kepada guru yang sedang mengalami kesulitan.

Menurut Indra, wacana Nadiem Makarim untuk melakukan perubahan kecil dirasa tepat karena sebelum membuat perubahan besar harus dimulai dari perubahan yang kecil.

Menrut Indra, setiap perubahan apapun harus diawali dengan rumus 4S.

"Perubahan apapun itu emmang rumusnya 4S, S yang pertama itu dimulai dari 'Saya', kapan waktunya 'Sekarang', mulai dari sesuatu yang 'Sederhana', dan 'Selangkah demi selangkah'," ungkap Indra.

"Itu rumus perubahan, mau perubahan sebesar apapun harus mulai dari langkah pertama," tambahnya.

Selain itu, Indra menuturkan ada banyak masalah kompleks dalam dunia pendidikan di Indonesia, termasuk persoalan guru.

"Ada hal-hal yang sangat kompleks tentang pendidikan kita, kalau mau kita bedah dari guru sendiri juga sangat kompleks," terang Indra.

Masyarakat selalu berpikir bahwa kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menangani guru namun faktanya Kemendikbud tidak punya guru.

Kenyataannya, guru berada di bawah wewenang Kementerian Agama dan Dinas Pendidikan Pemerintah Daerah.

"Masalah kompleksnya adalah, kita selalu berpikir kalau Kemendikbud itu yang menangani guru tapi faktanya kemendikbud itu tidak punya guru sama sekali," jelas Indra.

Menurut Indra sekalipun Kemendikbud membuat aturan jika pemerintah daerah mengatakan jangan dilakukan maka guru akan mengikuti arahan pemerintah daerah.

Karena pada dasarnya atasan guru bukan Kemendikbud melainkan Dinas Pendidikan Pemerintah Daerah.

"Jadi pada dasarnya aturan apapun yang dibuat oleh Mas Menteri kalau di daerah mengatakan tidak boleh lakukan satu yang lain mereka para guru akan ikut dengan atasannya, karena Kemendikbud itu bukan atasan mereka," ungkap Indra.

Indra menilai ada yang menarik dari hashtag yang dibuat oleh Kemendikbud, #MerdekaBelajar.

"Jadi ada hal yang kalau buat saya menarik, terutama saya malah mulai dari hashtag beliau #merdekabelajar," terang Indra.

Merdeka Belajar adalah ilmu dari Ki Hajar Dewantara dengan rumus ngandel (percaya), kandel (tebal), kendhel (berani), serta bandel (ikut aturan yang benar).

"Merdeka belajar itu kan ilmunya Ki Hajar Dewantara, belajar yang memerdekakan."

"Nah rumusnya itu kalau Ki Hajar Dewantara itu menyebutnya adalah ngandel (percaya terhadap sesuatu yang mereka lakukan), kandel (tebal), kendel (berani), dan bandel (Nggak usah ikut-ikut aturan pemerintah daerah kalau nggak tepat, ikutlah yang benar)," terangnya.

(Tribunnews.com/Nanda Lusiana Saputri)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas