Gerakan Bantu Korban First Travel Digulirkan
Tujuh orang inisiator gerakan ini adalah Fuad Hasan Masyhur, Asrul Azis Taba, Baluki Ahmad, Magnatis Chaidir, Ali M. Amin, Artha Hanif, dan Muharom Ah
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Didasari niat untuk membantu para calon jamaah umrah korban penipuan travel serta bagian dari tanggung jawab sosial, komunitas penyelenggara perjalanan ibadah umrah (PPIU) memprakarsai gerakan #SaveTheirUmra.
Tujuh orang inisiator gerakan ini adalah Fuad Hasan Masyhur, Asrul Azis Taba, Baluki Ahmad, Magnatis Chaidir, Ali M. Amin, Artha Hanif, dan Muharom Ahmad.
“Sebenarnya kami juga sebagai korban. Kalau jamaah menjadi korban karena sudah membayar tapi tidak diberangkatkan, kami sebagai penyelenggara perjalanan ibadah umrah (PPIU) menjadi korban karena citra PPIU menjadi tidak baik, tidak profesional,” ungkap Muharom Ahmad dalam pernyataan resminya di Jakarta, Kamis (5/12/2019).
Pembina Gerakan Kemanusiaan Memberangkatkan Umrah Korban Penipuan Travel, Fuad Hasan Masyhur, mengatakan bahwa gerakan tersebut didasari niat untuk membantu mewujudkan mimpi para jemaah korban penipuan First Travel agar bisa menjalani ibadah umrah ke Tanah Suci.
Menurutnya, jumlah korban First Travel yang mencapai sekitar 63 ribu, sudah 3-4 tahun ini tidak ada solusinya.
“Kasihan masyarakat yang sudah susah payah mengumpulkan dana, dengan satu mimpi untuk bisa ke rumah Allah, tapi itu tidak terjadi. Kami sebagai PPIU, bisa merasakan bagaimana kekecewaan yang dialami masyarakat. Kami mencoba mensiasati bagaimana mencarikan solusi agar masyarakat yang jadi korban, bisa mewujudkan mimpinya. Tapi tentu ini pekerjaan yang tidak mudah, karena jumlahnya tidak kecil,” kata Fuad Hasan Masyhur.
Karena itu, kata Fuad, gerakan #SaveTheirUmra tersebut ingin melibatkan semua komponen masyarakat untuk sama-sama mencarikan solusi.
Pada tahap awal, penggagas gerakan tersebut akan mengajak para korban penipuan travel umrah itu untuk duduk bersama, menginvetarisir, isapa yang menjadi prioritas utama untuk diberangkatkan.
“Siapa yang jadi skala prioritas, tentunya akan dilihat dari segi umur, juga tingkat ekonomi mereka,” lanjut Fuad.
Selain masyarakat yang menjadi korban, gerakan ini juga akan melibatkan semua komponen, mulai dari Pemerintah, Kejaksaan, Kepolisian, maupun Kementerian Agama.
“Kami gembira, kami dengar pemerintah juga mempunyai niat yang sama untuk bisa memberangkatkan secara bertahap. Berangkat dari keprihatinan kami, kami akan mencoba sekuat tenaga untuk bisa memberangkatkan korban First Travel. Tentu ini baru bisa terselenggara dengan baik jika ada partisipasi semua pihak,” ujar Fuad.
Terkait partisipasi masyarakat, Fuad berkeyakinan bahwa banyak tokoh masyarakat, seperti pengusaha, maupun kepala daerah, yang mempunyai niat ikhlas ingin memberangkatkan umrah warganya.
Selain itu, juga ada perbankan, maupun maskapai penerbangan yang selama ini sudah mendapatkan manfaat dari penyelenggaraan umrah/haji, bisa bergabung dalam gerakan ini lewat program CSR.
Asrul Azis Taba, salah satu inisiator gerakan tersebut mengatakan bahwa terjadinya kasus First Travel merupakan kelemahan semua pihak, bukan hanya dari Asosiasi PPIU. Dengan aturan yang ada, semestinya kejadian seperti kasus First Travel tersebut tidak boleh terjadi. “Aturannya sudah banyak, tapi ternyata tidak mampu mengatur,” kata Asrul.