Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

BPIP: Toleransi Bukan Hanya Masalah Agama Tapi Juga Ekonomi

Kala itu, dirinya diprotes lantaran para mahasiswa lebih membutuhkan penjelasan tentang toleransi ekonomi.

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in BPIP: Toleransi Bukan Hanya Masalah Agama Tapi Juga Ekonomi
Chaerul Umam/Tribunnews.com
Diskusi yang digelar BPIP bertajuk 'Mewujudkan Negara yang Damai dan Toleran untuk Indonesia yang Lebih Maju', di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (10/12/2019). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Said Aqil Siradj menyatakan toleransi bukan hanya pada permasalahan agama, tetapi juga dalam hal ekonomi.

Hal itu didasarkan pada realita kehidupan masyarakat Indonesia yang mengalami ketimpangan sosial.

Demikian dikatakan Ketua Umum PBNU itu dalam diskusi bertajuk 'Mewujudkan Negara yang Damai dan Toleran untuk Indonesia yang Lebih Maju', di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (10/12/2019).

Baca: Said Aqil Siradj: Pancasila Tidak Bertentangan dengan Ajaran Islam

"Oleh karena itu menuju Indonesia ke depan yang lebih maju dan sejahtera maka toleransi ini bukan hanya masalah agama tapi toleransi dalam ekonomi juga," kata Said.

Said bercerita saat dirinya membicarakan masalah toleransi beragama di depan ratusan mahasiswa Universitas Brawijaya Malang.

Kala itu, dirinya diprotes lantaran para mahasiswa lebih membutuhkan penjelasan tentang toleransi ekonomi.

Baca: PNS Terkontaminasi Radikalisme, Megawati: Pecat Saja!

"Saya pernah ceramah di Universitas Brawijaya Malang, bicara toleransi masalah agama itu langsung diprotes mahasiswa, 'saya sudah ngerti, ini yang belum toleransi ekonomi', di Malang ini ada pengusaha Cina yang menguasai proyek kabupaten di sini, di mana-mana tidak ada toleransi ekonomi'. Tapi kita sudah ada toleransi agama," ujar Said.

Berita Rekomendasi

Lebih lanjut, ia menegaskan NU tidak anti terhadap konglomerat.

Namun, ia mengimbau para pengusaha besar untuk peduli terhadap masyarakat menengah ke bawah.

"Konglomerat yang harus peduli dengan kelas menengah, dan kelas menengah peduli dengan grassroot sehingga terjadi pemerataan," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas