Soal Wacana Ekspor Benih Lobster, Ekonom UI Faisal Basri Menilai Indonesia akan Alami Kerugian
Ekonom Universitas Indonesia, Faisal Basri mengungkapkan Indonesia akan alami kerugian apabila terapkan kebijakan ekspor benih Lobster.
Penulis: Febia Rosada Fitrianum
Editor: Wulan Kurnia Putri
TRIBUNNEWS.COM - Ekonom Universitas Indonesia (UI), Faisal Basri mengungkapkan Indonesia akan alami kerugian apabila terapkan kebijakan ekspor benih lobster.
Dikutip Tribunnews.com dari video yang diunggah di kanal YouTube Kompas TV, pada Selasa (17/12/2019), Faisal Basri mengatakan lebih baik ekspor lobster harga 10 kali lipat dengan menunggu perkembangan dari benih hingga menjadi berukuran besar.
Karena menurut Faisal Basri, dengan melakukan ekspor benih lobster, negara nantinya akan dirugikan.
Tidak hanya itu, nelayan juga akan mendapatkan pemasukan yang hanya sedikit apabila pemerintah melakukan ekspor benih lobster.
"Ekspor itu lebih baik mana, satu ekor Rp 35 ribu atau satu ekor Rp 350 ribu, kan tidak perlu ahli roket," ungkap Faisal Basri.
"Jadi jelas negara rugikan, nelayan dapatnya segitu-segitu juga, nantikan nelayan juga yang nangkap," tambahnya.
Faisal Basri juga berharap Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) dapat mendengar tanggapan dari berbagai pihak terkait kebijakan ekspor benih lobster.
Menurut Faisal Basri, kebijakan tersebut hanya menguntungkan beberapa pihak saja.
"Jadi mudah-mudahan Pak Jokowi sudah dengar, menertibkan menteri-menteri yang mau jalan pintas, yang sebetulnya hanya menguntungkan segelintir orang," jelas Faisal Basri.
Sementara itu, Presiden Jokowi mengungkapkan sebuah kebijakan yang akan diambil haruslah memikirkan manfaat bagi semua pihak.
Jokowi menuturkan, keputusan mengenai ekspor benih lobster harus dilihat dari aspek lingkungan, masyarakat, serta negara sendiri.
Rencana pengeksporan benih lobster harus bermanfaat bagi nelayan yang kehidupan sehari-harinya bertumpu pada pekerjaan tersebut.
"Menjaga lingkungan agar benih lobster itu tidak diselundupkan, tidak diekspor secara awur-awuran, tetapi juga nelayan dapatkan manfaat dari sana, nilai tambah ada di negara kita," terang Jokowi.
"Yang paling penting menurut saya, negara mendapatkan manfaat, nelayan mendapatkan manfaat, lingkungan tidak rusak, yang paling penting itu," tambahnya.
Sementara itu, meski pihaknya masih melakukan penelitian lebih lanjut terkait ekspor benih lobster, Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo berharap Indonesia dapat membudi dayakan sendiri.
Pernyataan tersebut diungkapkan dalam video yang diunggah di kanal YouTube Kompas TV, pada Senin (16/12/2019).
Menurut Edhy, Indonesia belum mampu menyediakan prasarana untuk membantu dalam mengembangbiakkan lobster dari benih menjadi berukuran besar.
"Kalau anda mau nanya saya, saya inginnya ya dibudidayakan, dibesarkan di Indonesia," terang Edhy.
"Tapikan kita harus lihat infrastruktur kita seperti apa dan sesiap apa," tambahnya.
Meski demikian, Edhy berharap dapat merealisasikan keinginannya tersebut.
Sehingga Indonesia tidak perlu untuk melakukan ekspor benih lobster.
Karena menurut penjelasan Edhy, apabila lobster dibudidayakan menjadi ukuran yang besar, dapat memberikan nilai tambah bagi banyak pihak.
Termasuk para nelayan yang bertugas sebagai penangkar dan pengumpul.
"Harapan kita ini segera terrealisasi di Indonesia semua 100 persen," tutur Edhy.
"Kan jelas nilai tambahnya, nelayan penangkarnya dapat, nelayan pengumpulnya dapat, si nelayan yang kerja di situ banyak," imbuhnya.
Edhy Prabowo mengatakan wacana terkait ekspor benih lobster masih terus dikaji oleh tim dari kementeriannya.
Kebijakan ekspor benih lobster masih harus ditelaah lebih lanjut karena akan menyangkut banyak pihak.
(Tribunnews.com/Febia Rosada Fitrianum)