Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jokowi Bentuk Jabatan Baru, Dinilai Tambah Anggaran, Pangi: Publik Wajib Dapat Informasi yang Jelas

Pangi menuturkan, penambahan jabatan bisa menambah beban anggaran. Oleh karena itu, pemerintah harus menjelaskan kebijakannya lebih jelas pada publik.

Penulis: Widyadewi Metta Adya Irani
Editor: Daryono
zoom-in Jokowi Bentuk Jabatan Baru, Dinilai Tambah Anggaran, Pangi: Publik Wajib Dapat Informasi yang Jelas
Instagram @jokowi & Pangi Syarwi Chaniago
Terkait keputusan Jokowi menambah jabatan Wakil Kepala Staf Kepresidenan, Analis Politik Pangi Syarwi Chaniago menuturkan, penting bagi pemerintah untuk menjelaskan manfaat, tugas, dan fungsi dari masing-masing jabatan baru yang dibentuk kepada masyarakat supaya publik. (Instagram @jokowi & Pangi Syarwi Chaniago) 

Oleh karena itu, Pangi kembali menekankan penambahan jabatan baru di lingkaran presiden harus mempunyai rasionalitas yang kuat.

"Jika tidak maka presiden akan distempel inkonsisten," kata Pangi.

Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman
Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman (Seno Tri Sulistiyono/Tribunnews.com)

Di lain pihak, dilansir dari Kompas.com, Fadjroel membantah pos Wakil Kepala Staf Kepresidenan dimunculkan hanya untuk bagi-bagi jatah kursi.

Ia memastikan pos baru ini akan diisi oleh tokoh profesional.

"Dari pembicaraan kami dengan Moeldoko juga, bahwa mereka adalah profesional," terangnya.

"Profesional itu kan bisa berasal dari partai, non-partai," sambung Fadjroel.

Dinilai Sebagai Kebijakan Paradoks

Pengamat Politik Voxpol Pangi Syarwi saat berbicara di Hotel Ibis Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (13/11/2019).
Pengamat Politik Voxpol Pangi Syarwi saat berbicara di Hotel Ibis Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (13/11/2019). (Tribunnews.com/ Lusius Genik)
Berita Rekomendasi

Pangi juga menyebut keputusan presiden menambah jabatan Wakil Kepala Staf Kepresidenan merupakan kebijakan paradoks.

Pasalnya, menurut Pangi, penambahan jabatan baru tersebut bertolak belakang dengan agenda presiden untuk melakukan reformasi birokrasi.

"Kebijakan ini paradoks, mengapa?" tutur Pangi. 

"Presiden Jokowi memberikan contoh presiden buruk di tengah agenda pemangkasan birokrasi atau reformasi birokrasi," terangnya.

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting itu pun menyayangkan penambahan jabatan di lingkaran presiden yang semakin menggemukkan Istana.

Menurutnya, hal ini tidak sesuai dengan optimisme Jokowi saat berpidato soal rencananya memangkas birokrasi di hadapan anggota MPR beberapa waktu lalu.

"Di hadapan anggota MPR pada saat pelantikan, beliau berpidato dengan nada optimis akan melakukan pemangkasan birokrasi, namun struktur birokrasi di lingkaran Istana malah semakin gemuk," kata Pangi. 

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas