Penerbangan ke China Disetop Terkait Virus Corona, Batik Air Mengaku Alami Kerugian
Pemerintah setop penerbangan dari dan ke China. Maskapai Batik Air mengaku rugi
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan terkait penutupan sementara penerbangan dari dan ke China.
Kebijakan tersebut terkait wabah virus corona yang diketahui berawal dari China.
Mengenai kebijakan tersebut, Maskapai Batik Air bagian dari Lion Air Group mengaku merugi setelah penutupan sementara penerbangan dari dan menuju ke China mulai Rabu (5/2/2020) kemarin.
Sebab, sebelumnya PT. Angkasa Pura II sudah melakukan penutupan sementara penerbangan dari dan menuju China melalui Bandara Soekarno-Hatta.
"Ya, rugi," kata Capt. Achmad Lutfie selaku Chief Executive Officer Batik Air di Terminap 1 Bandara Soekarno-Hatta, Kamis (6/2/2020).
Namun, ia belum bisa memetakan dan menyebutkan seberapa besar kerugian yang diderita oleh maskapai Batik Air.
Lantaran, penutupan penerbangan dari dan ke China yang dilakukan PT. Angkasa Pura II terlalu mendadak.
"Belum kita hitung secara pasti, karena mendadak ini. Penyetopannya mendadak," ujar Lutfie.
Ia melanjutkan, kalau ada beberapa unit pesawat yang menganggur lantaran tidak bisa terbang ke China sejak kemarin.
Walau menganggur, aku Lutfie, beberapa unit tersebut ditaruh di hanggar untuk dilakukan maintenance atau perawatan rutin.
"Biaya perawatan jalan terus iya, biaya belum saya hitung. Mendadak setopnya. Pokoknya dalam hanggar terus dibersihkan pesawatnya," jelas Lutfie.
• Ekspresi Aneh Gadis SMP Setelah Diajak Wanita Berambut Pirang, Sang Ibu Terpaksa Lakukan Ini
• Minta JakPro Segera Cari Sirkuit Alternatif, DPRD DKI: Mungkin Bisa di Medan Merdeka Selatan
• Virus Corona Diisukan Senjata Biologis China, Mantan Badan Intelijen TNI: Mau Dijual ke Siapa?
Sementara, untuk menutup kerugian yang dialami, beberapa rute penerbangan dialihkan dan dilakukan penambahan rute penerbangan domestik.
Beberapa rute domestik yang mungkin akan menjadi rute tambahan adalah kota-kota besar yang dikatakan Lutfie berpotensi ramai penumpang.
"Kita tambah frekuensi domestik, rute-rute yang menguntungkan kayak Jawa, Sumatera, Kalimantan yang pergerakannya tinggi," tutup Lutfie.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.