Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menteri Jokowi Masuk Lewat Pintu Belakang

Para menteri memilih masuk lewat pintu belakang gedung Nusantara III atau via gedung Sekretaris Jenderal.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Menteri Jokowi Masuk Lewat Pintu Belakang
Tribunnews/JEPRIMA
Massa buruh melakukan aksi unjuk rasa menolak Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja (Cilaka) di depan Gedung DPR/MPR, Jakarta Pusat, Rabu (12/2/2020). Tuntutan mereka meminta RUU Omnibus Law dibatalkan jika merugikan kelompok buruh mereka pun kecewa karena buruh tidak dilibatkan dalam pembahasan draftnya. Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNNEWS.COM -- Utusan Presiden Joko Widodo yang terdiri dari beberapa menteri menyerahkan surat presiden (supres) RUU Omnibus Law Cipta Kerja ke pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Jakarta, Rabu (12/2/2020).

Saat menemui pimpinan DPR untuk menyerahkan supres tersebut, para menteri memilih masuk lewat pintu belakang gedung Nusantara III atau via gedung Sekretaris Jenderal.

Pantauan Tribun Network di lokasi, menteri yang datang dan lewat pintu belakang di antaranya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Sofyan Djalil. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya masuk lewat pintu depan gedung Nusantara III.

Para menteri Kabinet Indonesia Maju itu tiba di area Kompleks Parlemen pukul 13.00 WIB.

Penyerahan surat presiden, naskah akademik, dan draf RUU Omnibus Law Cipta Kerja diserahkan oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto kepada Ketua DPR Puan Maharani di gedung Nusantara III DPR, Jakarta, Rabu (12/2).

Pemerintah melalui Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bersama sejumlah kementerian terkait menyerahkan draft resmi RUU Omnibus Law Cipta Kerja ke Pimpinan DPR RI, Rabu (12/2/2020).
Pemerintah melalui Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bersama sejumlah kementerian terkait menyerahkan draft resmi RUU Omnibus Law Cipta Kerja ke Pimpinan DPR RI, Rabu (12/2/2020). (Tribunnews.com/ Chaerul Umam)

"Pak Menko dan para menteri menyampaikan Omnibus Law Cipta Kerja, terdiri dari 79 rancangan undang-undang, 15 bab, dengan 174 pasal yang akan dibahas di DPR," ujar Puan.

Menurut Puan draf Omnibus Law yang diterima dengan nama Cipta Kerja atau Cipker, bukan lagi Cipta Lapangan Kerja yang sebelumnya disingkat Cilaka. Ia mengatakan Omnibus Law Cipker akan melibatkan kurang lebih tujuh komisi dan nantinya akan dijalankan melalui aturan yang ada.

Berita Rekomendasi

"Apakah itu melalui Baleg (badan legislatif) atau Pansus (panitia khusus) karena melibatkan tujuh komisi untuk menbahas 11 klaster," tutur Puan.

"Jadi, jangan sampai belum tersosialisasinya draf ini kemudian menimbulkan prasangka-prasangka lain yang menimbulkan kecurigaan karena kami memang belum membahasnya," sambung Puan.

Untuk Omnibus Law Perpajakan yang telah diserahkan sebelumnya, kata Puan, kemungkinan dibahas di Komisi XI DPR. Namun demikian, hal tersebut belum diputuskan secara final.

"Nanti akan dibicarakan di tingkat rapat pimpinan dan sesuai mekanisme yang ada akan dilakukan bersama pimpinan fraksk di DPR," ucap Puan.

Baca: ‎Mahfud MD: Publik Berhak Baca RUU Omnibus Law Cipta Kerja

Baca: Buruh Gelar Demo di DPR Tolak Omnibus Law

Pimpinan DPR yang hadir mendampingi Puan yaitu Azis Syamsuddin dan Rachmat Gobel. Airlangga ditemani oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, dan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara.

Di satu sisi, Komisi IX DPR menerima perwakilan buruh yang menolak sejumlah poin di RUU Omnibus Law karena tidak melibatkan buruh dalam pembahasannya. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Andi Gani mengatakan pemerintah secara diam-diam melakukan pembahasan RUU Omnibus Law padahal awalnya akan mengajak kalangan buruh berdiskusi bersama.

"Saya mengingatkan pemerintah masih akan terjadi gejolak di buruh Indonesia karena dari awal sepertinya ada yang disembunyikan," ujar Andi.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas