Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

BMKG: Erupsi Gunung Anak Krakatau Tidak Memicu Tsunami

erupsi Gunung Anak Krakatau kali ini berdasarkan catatan sensor BMKG lebih lemah dibandingkan erupsi yang terjadi pada 22 Desember 2018 lalu

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in BMKG: Erupsi Gunung Anak Krakatau Tidak Memicu Tsunami
Kompas/Riza Fathoni
Ilustrasi: Aktivitas letupan abu vulkanik dari Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda terpantau dari udara yang diambil dari pesawat Cessna 208B Grand Caravan milik maskapai Susi Air, Minggu (23/12/2018). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan, erupsi yang terjadi pada Gunung Anak Krakatau pada Jumat malam tidak memicu tsunami

Hal itu berdasarkan, monitoring muka laut dan seismik oleh BMKG yang menunjukkan sebagai berikut:

Hasil monitoring muka laut menggunakan tide gauge di Pantai Kota Agung, Pelabuhan Panjang, Binuangen, dan Marina Jambu menunjukkan tidak ada anomali perubahan muka laut sejak 10 April 2020 pukul 21.00 tadi malam hingga pagi ini 11 April 2020 pukul 6.00 WIB.

Baca: Anak Krakatau Erupsi, Kondisi Muka Laut Tidak Tunjukkan Anomali

Sementara itu, hasil monitoring muka laut menggunakan Radar Wera yang berlokasi di Kahai, Lampung dan Tanjung Lesung, Banten juga menunjukkan tidak ada anomali muka laut sejak 10 April 2020 pukul 21.00 tadi malam hingga pagi ini 11 April 2020 pukul 6.00 WIB.

"Sehingga berdasarkan monitoring muka laut yang dilakukan BMKG menggunakan Tide Gauge dan Radar Wera menunjukkan bahwa erupsi Gunung Anak Krakatau tadi malam tidak memicu terjadinya tsunami," tulis keterangan Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono yang diterima Tribun, Sabtu (11/4/2020).

Baca: Gunung Anak Krakatau Erupsi, 13 Gunung Berapi Indonesia Kini Bertatus Awas-Waspada, Ini Tingkatannya

Sementara dari hasil monitoring kegempaan yang dilakukan oleh BMKG tepat pada saat terjadinya erupsi yaitu pukul 21.58 WIB dan pukul 22.35 WIB, menunjukkan bahwa sensor BMKG tidak mencatat adanya aktivitas seismik.

"Sehingga erupsi Gunung Anak Krakatau kali ini berdasarkan catatan sensor BMKG lebih lemah dibandingkan erupsi yang terjadi pada 22 Desember 2018 lalu," ujarnya.

Ada satu hal menarik terkait hasil monitoring seismik oleh BMKG dimana pada pukul 22.59 hingga 23.00 WIB beberapa sensor seismik BMKG baik eksisting dan sensor baru yang dipasang tahun 2019 mencatat adanya event gempa di Selat Sunda dengan sangat baik.

Berita Rekomendasi

Sensor seismik BMKG tersebut adalah (1) CGJI (Cigeulis, Banten), (2) WLJI (Wonosalam, Banten), (3) PSSM (Pematang Sawah, Lampung), (4) LLSM (Limau, Lampung), (5) KASI (Kota Agung, Lampung), (6) CSJI (Ciracap, Jawa Barat), dan (7) KLSI (Kotabumi. Lampung).

Hasil analisis BMKG terkait gempa tersebut menujukkan telah terjadi gempa tektonik di Selat Sunda pada pukul 22.59 WIB dengan magnitudo M 2,4 episenter terletak pada koordinat 6,66 LS dan 105,14 BT tepatnya di laut pada jarak 70 km arah Selatan Baratdaya G. Anak Krakatau pada kedalaman 13 km.

*Dentuman Suara Bukan Berasal dari Aktivitas Gempa Teknonik*

Terkait suara dentuman yang beberapa kali terdengar dan membuat resah masyarakat Jabodetabek, maka sejak tadi malam hingga pagi hari ini pukul 06.00 WIB dijelaskan, hasil monitoring BMKG menunjukkan tidak terjadi aktivitas gempa tektonik yang kekuatannya signifikan di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Provinsi Banten.

Baca: Letusan Gunung Anak Krakatau Berlangsung hingga Sabtu Pagi

Meskipun ada aktivitas gempa kecil di Selat Sunda pada pukul 22.59 WIB dengan magnitudo M 2,4 tetapi gempa ini kekuatannya tidak signifikan dan tidak dirasakan oleh masyarakat.

"Berdasarkan data tersebut maka BMKG memastikan bahwa suara dentuman tersebut tidak bersumber dari aktivitas gempa tektonik," lanjut Rahmat.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas