Cerita CEO Media Daring Ikut Pelatihan Kartu Prakerja Hingga Dapat Sertifikat: Ini Tak Tepat Sasaran
Program Kartu Prakerja yang digagas pemerintah Jokowi saat ini menuai banyak sorotan.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Adi Suhendi
Ini memang program tidak jelas menurut saya.
7x24 jam maksimal baru cair. Kalau saya kan sambungkan ke OVO. Jadi bisa disambungkan ke OVO, Gopay, Click Aja, sama BNI. Sama ada survei, kita disuruh isi, nanti ada intensif Rp 150 ribu.
Tribun: Keganjilan dalam program kartu prakerja ini apa saja?
Presidennya. Dia menandatangani Peraturan Presiden terus dia tidak cek kok programnya kayak apa jenisnya, sertifikatnya kayak apa, dan sampai hari ini dia tidak ngomong akan ada evaluasi.
Ada kekuatan apa yang melindungi bisnis proyek Rp 5,6 triliun ini.
Sampai hari ini Presiden Jokowi tidak bicara stop dulu program ini untuk dievaluasi.
Sampai hari kita masih jual-beli video. Misal saya ada saldo Rp 780 ribu. Saya beli kan lagi bisa. Jadi uang negara dipakai untuk sesuatu hal yang tidak tepat sasaran. Karena dipakai saya.
Terus yang kedua jual-beli video sedangkan situasi saat ini lagi pandemi covid. Lebih baik Rp 5,6 triliun digunakan untuk pengadaan Alat Pelindung Diri (APD).
Tribun: Saran Anda setelah mendaftar program kartu prakerja?
Stop. Cabut Perpres 36 Tahun 2020. Evaluasi, batalkan, program beli video Rp 5,6 triliun ini. Ini potensi merugikan keuangan negara dan korupsi.
Terus sistemnya amburadul, kemanfaatannya tidak sesuai. Tidak ada sense of crisis lagi pandemi corona ini. Dan kita beli video.
Dapat sertifikatnya juga tanda telah mengikuti jadi dipakai melamar di Tribun tidak bisa. Ini buruk dari hulu ke hilir.
Tribun: Apa yang terjadi setelah Anda memosting komentar soal program kartu prakerja di Facebook?
Iya orang awalnya maki-maki saya. Ini orang aneh nulis-nulis di Facebook. Kadrun nih. Ya Anda lihat sendiri saja. Akhirnya kan' baru pada sadar. Ramai di media. Katanya kan' diprioritaskan untuk PHK.
Ya seharusnya berikan bantuan langsung tunai saja Rp 600 ribunya. Yang lain akhirnya teriak-teriak, DPR juga sudah Rabu kemarin. Sekarang media dua hari terakhir teriak.
Jadi kayak kita naik mobil, sopirnya tidak sadar di depan ada jurang. Kita sudah teriak semua Pak jurang, jurang, dia santai. Sadar Pak Jokowi ini sudah mau ke jurang, jangan melamun. Kalau saya sopirnya saya rem, ini kan' sopirnya dia.
Sertifikat lihat saja sendiri. Kecuali dapat sertifikat itu misal soal jurnalistik dari dewan pers atau misal Tempo Institute. Ini yang tanda tangan Belva. (Tribun network/denis)