Kisah Aiptu Sugeng Dari Mengamen dan Menyemir Sepatu Jadi Polisi, Buat Lagu Saat HUT Bhayangkara
Polisi itu harus melindungi masyarakat. Melindungi rakyatnya. Jangan sekali-sekali melakukan korupsi, karena seluruh rakyat benci,
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Adi Suhendi
Baru saat duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) ia belajar memainkan alat musik seperti gitar dan harmonika.
"Main gitar sejak kecil dari SMP, saya ngamen sambil menyemir sepatu. SMP mulai ngamen, kalau nyemir sepatu dari SD. Bawa ukulele ngamen," tutur Sugeng.
Baca: Firli Bahuri Dikritik karena Ikuti Upacara Hari Lahir Korps Bhayangkara, Ini Penjelasan KPK
Ngamen dari jalan ke jalan, dari angkutan umum ke angkutan umum, hingga suatu hari ia berpikir untuk mendaftar sebagai anggota Polri.
"Awalnya saya coba-coba daftar jadi anggota Polri. Orang tua, ibu saya tahu tapi bapak saya tidak tahu. Alhamdulillah saya lulus tidak pakai uang-uangan. Murni," ceritanya.
Lagu-lagu yang diciptakan Sugeng lugas dan sarat pesan moral. Diciptakannya dari apa yang dialami dan apa yang dirasakan.
"Saya tuangkan spontan," tuturnya.
Misalnya, ia menciptakan lagu Jangan Bakar Hutan dan Lahan. Tribun mencatat kasus kebakaran di Kota Lubuklinggau pada tahun 2019 berdasarkan data dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (DPKPB) Kota Lubuklinggau dari Januari -November terjadi 142 kasus kebakaran.
Peristiwa kebakaran itu merupakan gabungan antara kebakaran hutan dan lahan serta pemukiman warga.
Baca: Hari Jadi ke-74 Bhayangkara, Indra Kahfi Ingin Berikan Kado Juara Buat Bhayangkara FC
"Seperti lagu Jangan Bakar Hutan dan Lahan. Itu saya spontan saja baru berapa bulan saya alami, pemerintah juga mengimbau jangan bakar hutan dan lahan," katanya.
Lalu Sugeng juga sempat membuat lagu berjudul Teroris Apa Agamamu.
Mengingatkan bahwa tak ada agama yang mengajarkan melakukan pembunuhan, apalagi dengan mengorbankan keluarga seperti kasus terorisme di Surabaya, Jawa Timur.
"Teroris apa agamamu itu tentang kalau bisa jangan berbuat yang menyimpang dari agama. Agama mana yang mengorbankan keluarganya, anaknya untuk membunuh?" kata Sugeng.
Sugeng percaya pesan atau imbauan lewat lagu lebih efektif sampai ke telinga masyarakat.
"Lewat nada dan lagu. Mudah-mudahan didengar di seluruh Indonesia," tuturnya. (tribun network/denis)