Perang Generasi Keenam yang Akan Dihadapi Indonesia Juga Menyasar Opini dan Pikiran Rakyat
Musuh juga akan berusaha menyasar sensor dan senjata lawan tanpa diketahui, menghancurkan instalasi strategis atau militer
Penulis: Gita Irawan
Editor: Eko Sutriyanto
Untuk itu, menurutnya Indonesia harus bergantung pada industri pertahanannya baik itu BUMN maupun BUMS yang berkaitan dengan militer.
"Artinya bahwa kementerian lembaga di Indonesia harus bisa menyatu menjadi kesatuan utuh untuk menghasilkan SDM maupun industri pertahanan yang tangguh," kata Agus.
Sebelumnya Agus juga menjelaskan perang generasi pertama diawali pada 1648-1860 di mana lebih fokus antara dua pasukan berhadapan, cenderung kepada kemampuan taktik senapan smoothbore dan taktik garis dan lajur.
Sedangkan perang generasi kedua lebih cenderung kepada massed firepower yang berdasar pada unit-unit kecil dengan kemampuan senjata laras panjang dan machine gun serta menghasilkan konsep strategi benteng dan parit.
"Contoh perang generasi kedua adalah Perang Dunia Pertama," kata Agus.
Perang generasi ketiga, kata Agus, lebih cenderung kemampuan manuvering, blietzkrieg atau serangan kilat, dan pendadakan.
Contoh perang generasi ketiga adalah Perang Dunia Kedua dan Perang Vietnam.
Perang generasi keempat, kata Agus, pada 2001 sampai 2019 ditandai dengan tidak jelasnya antara garis antara perang dan poltik, kombatan maupun warga sipil, dan violent non state actor.
"Ini lebih cenderung melibatkan negara-negara gagal. Dan cenderung juga berkepanjangan," kata Agus.
Untuk perang generasi kelima yang berlangsung sejak 2019 sampai sekarang adalah cyber warfare, perang menggunakan sistem komputer melalui ruang cyber dengan kemampuan menyerang dan bertahan, serta C4ISR.
"Contoh sederahana kejadian di Irak, War of Stuxnet, Operation Aurora di mana tidak ada masalah apapun tahu-tahu nuklir meledak, tahu-tahu fasilitas meledak dan lainnya," kata Agus.