Marak Unggahan Wanita di Medsos Blak-blakan Akui sebagai Pelakor, Ini Kata Psikolog
Di media sosial belum lama ini bermunculan unggahan-unggahan wanita yang mengaku sebagai perebut laki orang alias pelakor.
Penulis: Widyadewi Metta Adya Irani
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Di media sosial belum lama ini bermunculan unggahan-unggahan wanita yang mengaku sebagai perebut laki orang alias pelakor.
Apa kata psikolog soal fenomena ini?
Psikolog Keluarga dari www.praktekpsikolog.com di Bintaro, Jakarta Selatan, Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi mengatakan bermunculannya akun-akun media sosial yang blak-blakan menunjukkan diri sebagai pelakor telah menjadi fenomena yang berkembang saat ini.
Ia menilai, hal tersebut dilatarbelakangi oleh keinginan mereka menunjukkan keberadaannya dan merasa ingin dinomorsatukan.
Namun, apa alasan yang membuat wanita tega menjadi pelakor?
Psikolog yang juga praktek di Klinik Terapi Anak dan Dewasa YPPI, Pondok Aren, Tangerang Selatan, tersebut menuturkan, ada sejumlah alasan yang membuat para wanita tega merebut pasangan milik wanita lain.
Mayoritas, Adib menyebutkan, hal tersebut didasari alasan finansial.
"Secara finansial kurang kemudian mendapat pasangan yang sudah beristri," kata Adib saat dikonfirmasi Tribunnews.com, Sabtu (26/9/2020).
Baca: Gadis Belia Dilabrak Emak-emak dan 3 Anaknya, Dituduh Pelakor hingga Tubuhnya Disilet
Selain faktor finansial, Adib melanjutkan, seorang wanita bisa tega menjadi pelakor karena keadaan membuatnya merasa tidak didekati oleh laki-laki yang seumuran dengan dirinya.
Ia lantas menerima pria yang mendekatinya meskipun sudah beristri.
"Kedua, alasan dia nggak punya pacar lalu kebetulan yang deketin kok ya orang yang sudah menikah gitu, tapi yang sepantaran kok nggak ada yang deketin, bisa juga karena faktor itu," ujar Adib.
Alasan lainnya, Adib menambahkan, seorang wanita dapat tega menjadi pelakor karena terpicu oleh kondisi di lingkungannya.
Satu di antaranya yaitu di lingkungan kerja.
"Ketiga, karena faktor kebetulan aja dia dekat sama atasan, kebetulan dekat sama rekan kerja misalnya, kebetulan lebih tua yang laki-lakinya, ya karena saling support, saling cerita, ya akhirnya jadian," kata Adib.