Penjelasan BIN Soal Swab Test, Koordinasi dengan Otoritas Kesehatan dan Kewenangannya Tangani Corona
Jawab pemberitaan yang menduga swab test BIN tidak akurat, Wawan tegaskan BIN uji spesimen gunakan mesin RT PCR dari Jerman dan AS.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Theresia Felisiani
Terkait hal ini, Wawan menyatakan BIN menggunakan reagen Perkin Elmer (USA), A-Star Fortitude (Singapura), Wuhan Easy Diag (Cina).
Reagen tersebut lebih tinggi standard dan sensitivitasnya terhadap strain Covid-19 dibandingkan merk lain misalnya Genolution dari Korea dan Liferiver dari China yang digunakan beberapa rumah sakit.
Dengan demikian, kata Wawan, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan uji swab antara lain adalah kondisi peralatan, waktu pengujian, kondisi pasien, dan kualitas test kit.
"BIN menjamin kondisi peralatan, metode, dan test kit yang digunakan adalah gold standard dalam pengujian sampel covid-19. Kasus false positive dan false negatif sendiri telah banyak dilaporkan di berbagai negara seperti Amerika Serikat, China, dan Swedia," kata Wawan ketika dikonfirmasi Tribunnews.com pada Senin (28/9/2020).
Baca: Ratusan Pegawai Ditjen Imigrasi Ikuti Swab Test Massal BIN
Baca: Meski Tak Sesuai Tupoksi, TNI dan BIN Memacu Peneliti Temukan Obat Covid-19
Terkait dengan koordinasi dengan otoritas kesehatan, Wawan menjelaskan, dalam menggelar kegiatan test massal di berbagai titik, BIN berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat termasuk di dalamnya Dinas Kesehatan serta Gugus Tugas Daerah untuk membantu menentukan titik-titik lokasi yang menjadi klaster penyebaran covid-19.
"Sejak Satgas Intelijen Medis beroperasi pada bulan april 2020, BIN selalu melaporkan hasil tes swab yang selama ini dilakukan kepada Kemenkes dan Gugus Tugas Penanganan Covid-19," imbuh Wawan.
Terkait kewenangan dalam melakukan swab test kaitannya dengan penanganan covid-19, diungkap Wawan, BIN diberikan kewenangan oleh Undang-Undang Nomor 17 tahun 2011 tentang Intelijen Negara untuk membentuk Satgas dalam pelaksanaan aktivitas intelijen sebagaiman tertuang pada pasal 30 huruf d.
Ancaman kesehatan juga merupakan bagian dari ancaman terhadap keamanan manusia yang merupakan ranah kerja BIN.
"Sehingga dengan dasar tersebut BIN turut berpartisipasi secara aktif membantu Satgas penanganan Covid-19 dengan melakukan operasi medical intelligence (intelijen medis) diantaranya berupa gelaran tes swab di berbagai wilayah, dekontaminasi, dan kerjasama dalam pengembangan obat dan vaksin," tutur Wawan.
Hal tersebut juga dilakukan di negara-negara lain seperti Amerika Serikat yang memiliki National Center for Medical Intelligence (NCMI), ikut melakukan surveillance penyakit menular di dunia, atau NATO di Eropa yang melibatkan aktivitas intelijen dalam pengkajian infrastruktur kesehatan.
"Kehadiran satgas BIN telah mendapat apresiasi positif dari Kementerian atau Lembaga dan Pemda yang menyampaikan permohonan kepada BIN untuk membantu pelaksanaan tracing di wilayah atau institusinya dengan melakukan tes swab dengan beban anggaran operasi BIN," ungkap Wawan.
Wawan mengatakan upaya-upaya yang dilakukan BIN semata-mata untuk membantu pemerintah dalam percepatan penanganan pandemi Covid-19 di antaranya melalui 3 T (testing, tracing dan treatment).
Selain itu upaya tersebut juga dilakukan untuk memperbanyak kapasitas testing di Indonesia yang saat ini masih di bawah rata-rata test harian yang ditetapkan WHO yakni 1000 test per 1 juta penduduk.
Oleh karenanya BIN bekerjasama dengan berbagai lembaga penelitian dan universitas yang memiliki fasilitas laboratorium BSL 2 dan 3 di berbagai daerah utamanya yang masuk dalam zona merah Covid-19.