Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Penjelasan BIN Soal Swab Test, Koordinasi dengan Otoritas Kesehatan dan Kewenangannya Tangani Corona

Jawab pemberitaan yang menduga swab test BIN tidak akurat, Wawan tegaskan BIN uji spesimen gunakan mesin RT PCR dari Jerman dan AS.

Penulis: Gita Irawan
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Penjelasan BIN Soal Swab Test, Koordinasi dengan Otoritas Kesehatan dan Kewenangannya Tangani Corona
WARTAKOTA/Henry Lopulalan
Laboratorium Mobile BIN - Petugas laboratorium mobile covid milik Badan Intelijen Negara (BIN) sedang berdialog dengan rekannya di sela-sela kesibukan pemeriksaan di halaman Gedung KPU, Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, Senin(4/8/2020). Penentuan reaktif Covid dalam pemeriksaan di lab selama 5 jam. (Warta kota/Henry Lopulalan) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Intelijen Negara (BIN) menjelaskan terkait akurasi tes usap atau swab yang dilakukannya, koordinasi dengan otoritas kesehatan, dan kewenangannya dalam penanganan pandemi Covid-19.

Penjelasan tersebut disampaikan Deputi VII BIN Wawan Hari Purwanto terkait pemberitaan yang menduga tes swab yang dilakukan BIN tidak akurat.

Terkait akurasi hasil tes swab yang dilakukan BIN, Wawan menjelaskan dalam melakukan proses uji spesimen, laboratorium BIN menggunakan dua jenis mesin RT PCR, yaitu jenis Qiagen dari Jerman dan jenis thermo scientific dari Amerika Serikat.

Wawan mengatakan kedua mesin tersebut memiliki sertifikat Lab Bio Standard Level (BSL) -2 yang telah didesain mengikuti standar protokol laboratorium.

Masih menurut Wawan, kedua mesin tersebut telah dilakukan proses sertifikasi oleh lembaga sertifikasi internasional World Bio Haztec (Singapura) serta melakukan kerjasama dengan LBM Eijkman untuk standar hasil tes sehingga layak digunakan untuk analisis reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) yang sesuai standar.

Baca: Boni Hargens: BIN Komitmen Membantu Bangsa dan Negara

Baca: Pencegahan Penyebaran Covid-19, Kemenhub Kerja Sama dengan BIN Gelar Swab Test

BIN, kata Wawan, menerapkan ambang batas standard hasil tes PCR yang lebih tinggi dibandingkan institusi lembaga lain yang tercermin dari nilai CT QPCR 40 meski standardnya 35.

Hal tersebut dilakukan untuk mencegah Orang Tanpa Gejala (OTG) lolos screening.

Berita Rekomendasi

Selain itu BIN juga melakukan uji validitas melalui triangulasi tiga jenis gen yaitu RNP/IC, N dan ORF1AB.

Wawan menegaskan Dewan Analis Strategis Medical Intelligence BIN termasuk jaringan intelijen di WHO menjelaskan fenomena hasil test swab positif menjadi negatif bukan hal yang baru.

Hal tersebut dapat disebabkan oleh sejumlah faktor di antaranya RNA/protein yang tersisa (jasad renik virus) sudah sangat sedikit bahkan mendekati hilang pada treshold sehingga tidak terdeteksi lagi.

Apalagi, kata Wawan, subjek tanpa gejala klinis dan di test pada hari yang berbeda.

Sehingga OTG atau asimptomatik yang mendekati sembuh berpotensi memiliki fenomena tersebut.


Faktor lainnya yakni terjadi bias pre-analitik yaitu pengambilan sampel dilakukan oleh dua orang berbeda dengan kualitas pelatihan berbeda dan SOP berbeda pada laboratorium yang berbeda, sehingga sampel swab sel yang berisi virus covid tidak terambil atau terkontaminasi.

Faktor ketiga yakni sensitivitas reagen dapat berbeda terutama untuk pasien yang nilai CQ/CT nya sudah mendekati 40.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas