Minat Masyarakat Tinggi, Ini Kata Pengamat Soal Efektivitas Program Kartu Prakerja di Tengah Pandemi
Pengamat Ekonomi Anton Agus Setyawan menjelaskan soal efektivitas program kartu prakerja di tengah pandemi.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Pendaftaran program Kartu Prakerja yang diinisasi Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperoleh animo yang tinggi di masyarakat.
Tercatat pada 25 September 2020 pukul 09.00 WIB, jumlah pendaftar melalui situs program Kartu Prakerja mencapai 30.044.167 orang.
Angka itu menunjukkan tingginya minat masyarakat dengan hampir enam kali lipat dibandingkan dengan kuota penerima tahun 2020.
Sedangkan dari 30 juta masyarakat itu, terdapat 5.480.918 orang yang telah berhasil menerima Kartu Prakerja.
Artinya, sekitar 98 persen dari total kuota pada 2020 yakni 5.597.183 orang tercapai.
Baca: 227.818 Penerima Kartu Prakerja Gelombang 1-5 Dicabut Kepesertaannya, Ini Penyebabnya
Lantas apakah Kartu Prakerja ini menjadi efektif diterapkan di tengah pandemi?
Pengamat Ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Anton Agus Setyawan menjelaskan soal efektivitas program kartu prakerja di tengah pandemi.
Anton menilai, secara prinsip dan konsep, program Kartu Prakerja memiliki dampak positif.
Sebab dalam pelatihannya, program ini sesuai dengan kebutuhan para pencari kerja maupun mereka yang ingin meningkatkan kompetensinya.
"Memang ketika kita dalam konteks mencari pekerjaan baru, saya kira jenis pelatihan seperti ini perlu dikembangkan."
Baca: Bocoran Pengumuman Kartu Prakerja Gelombang 10 dan Penyebab 227 Ribu Peserta Dicabut Kepesertaannya
"Sisi positifnya, mereka meningkatkan profesionalisme," ujar Anton saat berbincang dalam program Panggung Demokrasi 'Efektivitas Kartu Pra Kerja di Tengah Pandemi dan Ancaman Resesi' bersama Tribunnews, Selasa (29/9/2020).
Kemudian, bagi mereka yang terdampak pandemi Covid-19 seperti terkena PHK, program ini juga dinilai tepat sasaran.
Dalam survei kecilnya, Anton melihat ada perusahaan yang berinisiatif mendaftarkan para pekerjanya yang terpaksa dirumahkan akibat pandemi.
Menurutnya, pertanggungjawaban seperti ini menjadikan Program Kartu Prakerja tepat sasaran.
"Pada Agustus ada perusahan yang harus merumahkan pekerja karena pandemi."
Baca: Apakah Kartu Prakerja Masih Membuka Pendaftaran untuk Gelombang Selanjutnya? Begini Penjelasannya
"Lalu mereka inisiatif mendaftarkan pekerjanya Kartu Prakerja, pendaftarannya difasilitasi kantor."
"Kalau dengan cara seperti itu tepat sasaran karena mereka memang sedang butuh," ujar Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMS ini.
Di sisi lain, Anton menjelaskan, program ini juga berdampak cukup baik bagi mereka yang 'dirumahkan'.
Pasalnya, mereka tidak hanya duduk dan diam hanya menerima BLT saja.
Tetapi juga produktif untuk mengikuti pelatihan yang bisa meningkatkan kompetensinya.
"Bagi mereka yang terkena dampak pandemi akan efektif, kalau untuk fresh graduate juga sama efektifnya," ujar Anton.
Baca: Kuotanya Semakin Dibatasi, Ini Rahasia Agar Lolos Kartu Prakerja Gelombang 10 di www.prakerja.go.id
Kendati demikian, ada beberapa hal dalam program ini yang harus diperbaiki.
Terlebih soal teknis pendaftaran dan pelatihannya.
Anton melihat masih banyak pekerja yang kurang memahami penggunaan internet.
Oleh sebab itu, para pekerja pun terpaksa melanggar protokol kesehatan demi mendaftar dan ikut pelatihan Kartu Prakerja.
"Beberapa kejadian di lapangan, memang kendalanya beberapa pekerja tidak familiar dengan internet."
"Bahkan dalam kondisi seperti ini terpaksa ada pelanggaran protokol karena yang harusnya bisa daftar dari rumah tapi ia datang ke kantor untuk mendaftar," terang Anton.
Baca: Peserta Kartu Prakerja Gelombang 10 Wajib Cek Batas Waktu Pemilihan Pelatihan Sebelum Kena Blacklist
Menurut Anton, bila program ini akan dilanjutkan dalam situasi normal, perlu ada perbaikan dari sisi teknis.
Seperti membuat dua program Kartu Prakerja, dengan metode luring atau konvensional dan daring seperti saat ini.
"Karena beberapa pekerja kasar agak susah melakukan transformasi kalau pendidikannya rendah dan kondisi ini tetap butuh atensi," jelasnya.
"Tapi dalam situasi pandemi seperti saat ini, membantu para pencari kerja dengan Rp 600 ribu perbulan ini hal yang baik daripada tidak sama sekali," pungkas Anton.
(Tribunnews.com/Maliana)