Kaleidoskop 2020 - 8 Hal yang Bikin KPK Jadi Sorotan: Harun Masiku hingga Soal Mobil Dinas
Berikut delapan hal yang terjadi sepanjang 2020 di KPK dan jadi sorotan banyak pihak tersebut:
Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) selama kurun 2020 banyak menjadi sorotan banyak pihak. Mulai dari yang bentuknya kontroversi sampai pujian.
Untuk kontroversi, di mulai saat Ketua KPK Firli Bahuri dihantam dugaan naik helikopter mewah saat pulang kampung. Firli nampaknya sadar bahwa menjadi pimpinan KPK akan mendapatkan banyak kritik.
"Jikapun Odin The All Father turun dari Asgard ke Bumi dan menjadi Ketua KPK, pasti akan tetap dikritik. Saya sangat paham pada perhatian ini. Saya berkeyakinan semua atas semangat kecintaan kepada negeri ini," kata Firli pada 22 Juni 2020.
Baca juga: KPK Tuntaskan Penyidikan Mantan Bos Garuda Indonesia, Hadinoto Soedigno
Kontroversi lainnya yaitu ihwal turunnya jumlah operasi tangkap tangan (OTT) dan kasus yang ditangani KPK diduga merupakan imbas dari penerapan revisi UU KPK yang resmi berlaku sejak akhir 2019.
Akan tetapi, beberapa kontroversi yang disebutkan dihantam KPK dengan menangkap dua terduga koruptor kelas menteri di penghujung tahun. Mereka ialah mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo dan eks Menteri Sosial Juliari Peter Batubara.
Baca juga: Firli Bahuri Ogah Dibandingkan dengan KPK Sebelumnya
Berikut delapan hal yang terjadi sepanjang 2020 di KPK dan jadi sorotan banyak pihak tersebut:
1. Harun Masiku
KPK membuka tahun 2020 dengan operasi tangkap tangan terhadap Komisioner Komisi Pemilihan Umum Wahyu Setiawan pada 8 sampai 9 Januari.
Wahyu diduga menerima duit suap untuk memuluskan jalan kader PDIP Harun Masiku menjadi anggota DPR lewat jalur pergantian antarwaktu.
Operasi penangkapan terhadap Wahyu berjalan mulus. Tim penyidik menangkap komisioner itu di Bandara Soekarno-Hatta saat akan terbang ke Bengkulu menghadiri acara KPU.
Kondisi sebaliknya dialami oleh tim penyidik yang bertugas menangkap Harun.
Saat sedang membuntuti Harun di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Jakarta Selatan, anggota tim justru ditangkap oleh polisi.
Kesialan anggota tim berlanjut dengan keputusan yang dilakukan pimpinan KPK.