3 Sosok Kuat Pengganti Idham Aziz dalam Bursa Calon Kapolri, Jago dalam Humas hingga Reserse
Tiga Komjen ini pun termasuk dalam kriteria yang disebut Habiburokhman. Mulai dari ahli di bidang humas sampai reserse
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
TRIBUNNEWS.COM - Nama-nama kandidat calon Kapolri kembali mencuat dan menjadi perbincangan, terutama jelang purna tugasnya Kapolri Jenderal Polisi Idham Azis pada Februari mendatang.
Sejumlah narasi pun beredar terkait sosok-sosok kandidat Kapolri, meski Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum menyodorkan nama calon Kapolri kepada DPR.
Seperti yang diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, anggota Komisi III DPR RI, Habiburokhman, menyebut ada beberapa sosok kuat untuk menjadi orang nomor satu di institusi Polri.
Ia membeberkan sosok calon Kapolri yang menguasai beraneka bidang, mulai dari bidang humas hingga reserse.
Baca juga: Jelang Pensiun, IPW Singgung Dua Utang Besar Jenderal Idham Azis sebagai Kapolri
"Ada beberapa sosok pati senior yang saat ini santer isunya jadi kandidat," katanya.
"Ada yang jago di bidang serse, ada yang jago di Humas, ada juga yang lama di bidang pemeliharaan kamtibmas," jelas Habiburokhman kepada wartawan, Selasa (5/1/2021).
Adapun beberapa sosok mencuat menjadi kandidat calon Kapolri, terdiri dari perwira tinggi Polri berpangkat Komisaris Jenderal (Komjen) atau berpangkat tiga bintang.
Tiga Komjen ini pun termasuk dalam kriteria yang idisebut Habiburokhman di atas.
Siapa mereka?
Ini rangkumannya seperti diberitakan Tribunnews.com:
Saat ini setidaknya, ada tiga nama Komisaris Jenderal (Komjen) yang diunggulkan dari percaturan argumen.
Mereka berasal dari angkatan 1988.
Mereka adalah Komjen Pol Gatot Eddy Pramono selaku Wakapolri, Komjen Pol Boy Rafli Amar selaku Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dan Komjen Pol Agus Andrianto selaku Kabaharkam angkatan 1989.
Baca juga: Soal Calon Kapolri, Istana: Tinggal Tunggu Waktu
Gatot Eddy Pramono
Sepanjang masa pandemi Covid-19, Wakapolri Gatot Eddy Pramono kerap muncul di publik.
Pasalnya, ia ditugaskan Jokowi sebagai Wakil Ketua Pelaksana II Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PCPEN).
Gatot Eddy Pramono hingga saat ini disebut sebagai calon kuat Kapolri pengganti Idham Aziz.
Polisi kelahiran Solok, Sumatra Barat, 28 Juni 1965 berpengalaman dalam bidang reserse.
Sebelum menjadi Wakapolri, ia menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komaruddin, mengatakan, Gatot Eddy merupakan satu dari tiga nama yang paling direkomendasikan untuk menjadi Kapolri.
Sementara itu, Pengamat Intelijen dan Keamanan, Stanislaus Riyanta, memberikan gambaran keuntungan Komjen Pol Gatot menjadi Kapolri dengan masa kerja masih tiga tahun dan sudah cukup senior.
"Pengalaman Komjen Pol Gatot Eddy perlu perhitungkan, pernah jabat Kapolda Metro Jaya sehingga paham soal situasi lapangan," ujarnya di Jakarta, Rabu (24/12).
Boy Rafli Amar
Karir Boy Rafli Amar mirip dengan Tito Karnavian yang melejit setelah menjabat Kapolda Papua.
Hal yang sama juga, Boy juga saat ini menduduki jabatan Kepala BNPT.
Perbedaannya, Boy banyak dikenal sebagai Humas Polri.
Boy Rafli Amar lahir di Jakarta pada 25 Maret 1965 dari pasangan Minangkabau.
Ayahnya berasal dari Solok, sedangkan ibunya dari Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat.
Ia adalah cucu dari sastrawan Indonesia, Aman Datuk Madjoindo.
Boy menikah dengan Irawati dan telah dikaruniai dua orang anak.
Staf Pengajar Universitas Tarumanagara, Dr Urbanisasi, memprediksi Boy Rafli sangat layak untuk menjadi Kapolri.
Selain sosok humanis, ia juga memiliki kemampuan komunikasi ke segala lini.
"Hal ini merupakan modal sekaligus prestasi Komjen Boy Rafly ketika menjadi Kadiv Humas Polri," kata Urbanisasi di Jakarta, Senin (21/12/2020).
Lebih lanjut, Urbanisasi mengatakan, salah satu prestasi terbaik Boy Rafli sebagai perwira polisi adalah ketika bertugas di Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror.
"Kasus terorisme yang ditangani pak Boy termasuk kasus berskala besar dan jangkauannya internasional, beliau menangani kasus bom Bali," ujar Urbanisasi.
Dalam menangani kasus Bom Bali, Boy banyak berhadapan dengan para pelakunya, seperti Amrozi, Imam Samudra, Muklas, Ali Imron, Doktor Azhari, dan Nurdin M Top.
Bahkan, dengan Ustaz Abu Bakar Baa’syir, ketua pesantren Ngruki Solo yang dulu membaiat orang-orang atau pelaku-pelaku bom Bali.
"Loyalitas pengabdian, profesionalisme dan integritas Boy Rafli tak diragukan lagi. Kredibilitas, kompetensi, mental dan moral sangat baik," ungkapnya.
"Lebih penting dan utama lagi, setia pada negara dan pimpinannya. hal ini sangat penting bagi presiden Jokowi menunjuk seorang pembantunya di samping profesionalisme," lanjutnya.
Agus Andrianto
Pria lulusan Akpol 1989 ini diketahui berpengalaman dalam bidang reserse.
Sebelum jadi Kabaharkam, Agus Andrianto menjabat Kapolda Sumut menggantikan Komjen Firli Bahuri, yang menjadi Ketua KPK.
Agus lahir di Blora, Jawa Tengah, 16 Februari 1967.
Dia selama ini sangat gencar mengampanyekan penggunakan produk dalam negeri di institusi kepolisian.
Ia pernah dianugerahi beberapa tanda penghormatan, di antaranya Bintang Bhayangkara Pratama, SL Pengabdian XXIV, SL Ksatria Bhayangkara, SL Operasi Kepolisian hingga France Medal.
Agus sangat terkenal ketika menjabat sebagai Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri pada 2016, tatkala menangani kasus penistaan agama yang melibatkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Lantas, siapa perkiraan kandidat yang akan jadi calon Kapolri?
Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Golkar, Supriansa mengatakan, sejauh ini belum ada kandidat yang secara resmi dikirimkan Presiden ke DPR.
Melalui pesan WhatsApp, dia menyatakan, hasilnya baru akan bisa disimpulkan dari hasil fit and proper test oleh DPR.
(Tribunnews.com/Chrysnha, Chaerul Umam, Choirul Arifin)