KNKT: Sriwijaya Air SJ 182 Tidak Meledak di Udara, Menhunjam ke Laut Baru Hancur
Bagian-bagian tersebut menurut Soerjanto telah mewakili seluruh bagian pesawat dari depan hingga ke belakang.
Editor: Hendra Gunawan
Dari data tersebut, tercatat pesawat mengudara pada pukul 14.36 WIB, terbang menuju arah barat laut dan pada pukul 14.40 WIB pesawat mencapai ketinggian 10.900 kaki.
Tercatat pesawat mulai turun dan data terakhir pesawat pada ketinggian 250 kaki.
Kemudian berdasarkan temuan data perawatan dari buku catatan pesawat atau aircraft maintanance log, tidak ditemukan catatan kerusakan pesawat sejak 6 hingga 9 Januari 2021.
Baca juga: Kehilangan Captain Afwan, Pihak Sriwijaya Air: Kami Sayang Sekali, Kepribadiannya Ramah
Berdasarkan semua data itu, Soerjanto pun membantah bahwa pesawat mengalami full stall seperti yang ramai diperbincangkan di media sosial terutama YouTube.
“Ada dua media sosial yang mengatakan ada kejanggalan pada pukul 7.40 UTC (14.40 WIB) pesawat Boeing 737 dengan kecepatan 115 knot secara teoretikal itu sudah ‘stall’ jadi ‘moment of truth’ pesawat ini sudah ‘stall’. Hal ini tidak benar,” kata Soerjanto.
Selain itu, pernyataan lain di media sosial menyebutkan bahwa berdasarkan ground speed 115 knots ini indikasi keras bahwa pesawat terkena full stall dan akan sulit di-recover dengan ketinggian seperti itu.
Stall dalam istilah penerbangan merupakan kondisi saat pesawat kehilangan kekuatan untuk mengangkat. Stall terjadi karena bertambahnya hambatan udara pada bagian sayap pesawat terbang sehingga pesawat kehilangan kemampuan untuk terangkat di udara.
Baca juga: UPDATE 58 Korban Sriwijaya Air yang Teridentifikasi, Ada Capt Afwan, Kini Tersisa 4 Korban
Stall dapat terjadi jika sudut yang dibuat antara pesawat (dikenal dengan istilah angle of attack) dengan arah terbang amatlah kecil.
Soerjanto menjelaskan, data kotak hitam Flight Data Recorder (FDR) menunjukkan sejak ketinggian berkurang, kecepatan pesawat bertambah, sedangkan kecepatan 115 knots di data flightradar.24 merupakan ground speed.
Dalam rapat yang sama Direktur Utama Airnav Indonesia, M Pramintohadi Sukarno, menyatakan dari data radar ATC, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 sempat berbelok ke kiri sejauh 075 derajat untuk menghindari cuaca.
“Pada 14.38, Sj 182 meminta arah 075 derajat kepada ATC (Air Traffic Controller) dengan alasan cuaca, dan diizinkan untuk diinstruksikan naik ke ketinggian ke 11.000 kaki,” kata Pramintoha.
Instruksi selanjutnya juga diberikan kepada pilot. Petugas ATC memastikan pesawat aman. Sebab, di jalur yang sama dengan ketinggian sedikit berbeda ada pesawat AirAsia menuju Pontianak yang melintas.
“Saat diizinkan oleh ATC diinstruksikan naik ke ketinggian 11.000 kaki, ini memang dijawab pilot ‘clear’. Karena pada ketinggian sama ada pesawat sama yang akan terbang juga ke Pontianak, yaitu AirAsia, saat ketinggian 10.600 kaki, diinstruksikan oleh ATC naik ke 13.000 kaki dan masih direspons baik oleh Sriwijaya SJ 182,” katanya.
Ia menuturkan selama proses komunikasi dengan ATC sejak 14.36 WIB hingga 14.39 WIB tidak ada laporan kondisi pesawat tidak normal. “Semua berlangsung dengan normal,” ujarnya.