Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat Nilai Langkah AHY Surati Jokowi Terkesan Berlebihan dan Mengada-ada

Artinya, tak ada untungnya bagi Presiden Jokowi mengintervensi PD, apalagi mengkudeta.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Pengamat Nilai Langkah AHY Surati Jokowi Terkesan Berlebihan dan Mengada-ada
YouTube/Agus Harimurti Yudhoyono
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam konferensi pers di Taman Politik DPP Demokrat, Senin (1/2/2021) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Tudingan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang menyebut ada orang di lingkaran Presiden Jokowi yang ingin mengkudeta partainya dipandang sebagai upaya menggali simpati publik.

Bahkan, ada yang mengatakan, AHY terlalu baperan (bawa perasaan).

"Penyebutan kudeta tidak tepat, bahkan terkesan lebay karena istilah itu biasanya digunakan dalam pengambilalihan secara paksa Kepala Pemerintahan (Presiden)," ujar Teddy Mulyadi, pengamat sosial dan politik dalam rilisnya, Rabu (3/2/2021).

Direktur Eksekutif Lembaga Pengkajian dan Informasi Pembangunan Bangsa (LPIPB) ini menilai  jauh lebih pas bila AHY mengatakan ada oknum yang ingin menggoyang posisinya di Partai Demokrat.

Baca juga: Dituding Bikin Posko Kudeta, Moeldoko Peringatkan Demokrat Tidak Tembak Kanan-kiri

Teddy menambahkan, sikap AHY yang menyurati Presiden Jokowi terkait hal ini terkesan berlebihan dan terlalu mengada-ada.

"Saat ini Pemerintahan Jokowi mempunyai dukungan yang solid dan kuat di parlemen.

Berita Rekomendasi

Artinya, tak ada untungnya bagi Presiden Jokowi mengintervensi PD, apalagi mengkudeta.

Presiden Jokowi tidak kurang kerjaan, apalagi di masa pandemi dan ekonomi yang belum pulih.

Presiden fokus pada kewajibannya untuk bekerja bagi bangsa dan negara.

Lagian, ini adalah periode ke-2 Presiden Jokowi, tidak ada urgensinya ngurusin PD," urainya.

Ditambahkannya, kalau pun Moeldoko bertemu dengan para tokoh PD di kediamannya, itu berarti pribadi sifatnya tidak terkait dengan tugasnya sebagai Kepala Staf Kepresidenan (KSP).

"Sebagai pejabat Negara, Moeldoko tentu punya kesibukan fokus mengawal dan mensukseskan berbagai program strategis Presiden, tak ada relevansi kepentingan dengan PD," tukas Teddy yang juga mantan aktifis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), sebuah ormas kemahasiswaan ini lagi.

Lebih jauh dia mengatakan, publik sudah sangat paham kalau situasi PD sedang “sakit” dan kurang solid.

Salah satu penyebabnya, banyak mantan kader yang jadi penghuni hotel prodeo dan banyak juga yang loncat pagar.

"Apa yang dikatakan AHY kontradiksi dan terkesan sedang menggali simpati publik yang secara faktual terus tergerus dari Pemilu 2014 hingga Pemilu 2019.

Dengan harapan, rakyat simpatik sebagai modal Pemilu 2024 nanti," tandasnya.

Teddy menegaskan, "Kalau tak elok menari, jangan bilang lantainya terjungkat. Tapi bekerja kerasnya agar pandai menari," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas