Peneliti LIPI Sebut Kepemimpinan Partai Demokrat Mudah Digoyang Karena Tak Punya Basis Ideologi Kuat
Aisah Putri Budiarti menyoroti masih banyaknya partai politik di Indonesia yang tidak memiliki basis ideologi yang kuat.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti dari Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI, Aisah Putri Budiarti menyoroti masih banyaknya partai politik di Indonesia yang tidak memiliki basis ideologi yang kuat.
Hal itu yang kini terlihat pada tubuh Partai Demokrat yang diterpa isu kudeta terhadap ketua umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Demikian disampaikan Putri dalam diskusi Para Syndicate bertajuk 'Isu Reshuffle, Pilkada, Kudeta Demokrat: Bola Panas Istana?', Jumat (5/2/2021).
Baca juga: Sikapi Klaim Demokrat, Politikus PKB Tegaskan Partainya Belum Tetapkan Sosok untuk Pilpres 2024
"Jadi ini tidak hanya dalami oleh Demokrat, tapi oleh banyak partai di Indonesia saat ini punya problem itu. Partai politik di Indonesia tidak punya basis ideologi yang kuat," kata Putri.
Putri berpendapat, tidak adanya basis ideologi yang kuat itu menjadi faktor pemicu terjadinya konflik internal.
Konflik internal yang kemudian menjadi sebab partai terpecah menjadi beberapa faksi.
Baca juga: Pengamat: AHY dan Moeldoko Diuntungkan dengan Adanya Isu Kudeta Demokrat
"Sehingga pada akhirnya ketika mereka ada problem internal di dalamnya sangat mudah kali untuk terpecah, terbentuk faksi, terjadi konflik. Dan ketika ada konflik ini mudah sekali digoyang, terutama terkait dengan kepemimpinan partai," ujarnya.
Putri menganalisis, setidaknya hal itu yang sedang terjadi pada Partai Demokrat.
Sebab, AHY sendiri yang menyampaikan ada gerakan untuk mengambilalih kekuasaan partai yang dipimpinnya.
Baca juga: Politikus Demokrat Kritik Sikap Istana yang Tak Balas Surat AHY: Itu Peninggalan Politik Masa Lalu
Putri mengatakan, saat ini partai politik di Indonesia termasuk Demorkat menerapkan kepentingan pragmatis ketimbang memperkuat basis ideologi.
"Nah itu terbangun karena ikatan mereka, ikatan para anggota partai tidak berbasis pada ideologi tapi pada kepentingan pragmatis yang oportunistik. Kemudian sifatnya personal dan ini kalau kita lihat sifat personal ini sebenarnya juga banyak partai di Indoensia saat ini seperti itu, pragmatis saja gitu ya," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.