Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sejarawan : Gus Dur dan Megawati Buka Keleluasaan Rayakan Imlek

Sejarawan Bonnie Triyana mengatakan Perayaan Imlek sejak era Presiden Abdurrahman Wahid dan Presiden Megawati Soekarnoputri kembali leluasa dirayakan.

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Sejarawan : Gus Dur dan Megawati Buka Keleluasaan Rayakan Imlek
Tribunnews/JEPRIMA
Warga keturunan Tionghoa saat melakukan sembahnyang di Kim Tek Le atau Vihara Dharma Bakti, Petak Sembilan Glodok, Jakarta Barat, Kamis (11/2/2021). Perayaan Imlek tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya dimana pada masa pandemi peribadatan di malam imlek ditiadakan. Namun pihak vihara tetap membuka bagi masyarakat yang ingin beribadah mulai pukul 06.00 WIB hingga 16.00 WIB. Pihak penyelenggara juga membatasi jumlah umat yang berdoa pada hari imlek, maksimal 50 orang dengan metode nomor antrean untuk menghindari kerumunan saat melakukan ibadah. Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejarawan Bonnie Triyana mengatakan Perayaan Imlek sejak era Presiden Abdurrahman Wahid dan Presiden Megawati Soekarnoputri kembali leluasa dirayakan. 

Menurut Bonnie, hal itu merupakan wujud ikhtiar memperkuat kesadaran Keindonesiaan yang menjunjung tinggi keberagaman serta merayakan kebinekaan Indonesia untuk mencapai cita-cita bersama sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat, berkepribadian dalam kebudayaan, adil dan sejahtera. 

"Presiden Abdurrahman Wahid atau akrab kita sapa Gus Dur mencabut larangan perayaan Imlek secara terbuka sebagaimana diatur dalam Inpres No 14/1967. Saat itu, Presiden Gus Dur melalui Kepres No 6/2000 mencabut inpres No 14/1967. Sementara Presiden Megawati Soekarnoputri menerbitkan Kepres No 19/2002 yang menetapkan Imlek sebagai hari libur nasional," ujar Bonnie, terkait perayaan Hari Imlek di Jakarta, Jumat (12/2/2021). 

Baca juga: Ternyata China, Tengku Zulkarnain Ucap Selamat Tahun Baru Imlek, Yunarto Wijaya Bereaksi Sebut Ayah

Baca juga: Jokowi Minta Dikritik, Sudjiwo Tedjo Beber Fakta Soal Buzzer, Beda Berpendapat, Curhat dengan Baper

Hari ini, Bonnie turut serta menjadi narasumber dalam agenda DPP PDI Perjuangan merayakan peringatan Hari Imlek 2021 dengan tajuk 'Imlekan Bareng Banteng'.

Bonnie menjelaskan pada 1 Juni 1945 Bung Karno menyatakan secara tegas dalam pidatonya bahwa nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme modern yang melampui sekat-sekat sempit identitas keagamaan, ras dan etnisitas. 

"Menurut Bung Karno, Indonesia adalah negeri untuk semua golongan yang dipersatukan oleh rasa senasib sepenanggungan dalam menghadapi kolonialisme dan berbagai jenis penindasan oleh manusia terhadap manusia lain dan oleh sebuah bangsa terhadap bangsa lainnya," jelas Bonnie. 

Baca juga: Rayakan Imlek, PDIP Gelar Acara Imlekan Bareng Banteng

Dia juga mengatakan kesadaran kebangsaan tumbuh semakin menguat sejak Ikrar Pemuda digaungkan pada 28 Oktober 1928, memperkokoh kesadaran kebangsaan yang telah dirintis sejak awal abad ke-20. 

Baca juga: Antisipasi Covid-19 saat Libur Imlek, Polisi Gelar Rapid Test Antigen di Perbatasan Karawang 

Berita Rekomendasi

Pembagian masyarakat di Indonesia secara rasialis tersebut menunjukan kenyataan tentang sebuah zaman di mana manusia dipandang berdasarkan rasnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas