Profil Irene Sukandar, Grand Master Wanita yang Akan Tanding Catur dengan Dadang Subur si Dewa Kipas
Kiprah Irene Sukandar di dunia catur dimulai saat mengikuti kejurnas catur tahun 1999 di Bekasi, Jawa Barat.
Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Tiara Shelavie
Pada 2013 lalu, ia memperoleh gelar International Master gelar bagi pecatur laki-laki, setelah berjuang selama hampir enam tahun dan mencapai rating 2400.
Baca juga: Mengenal Chess.com, Layanan Catur Online yang Punya Tim Fair Play untuk Deteksi Kecurangan
Mengutip encyclopedia.jakarta-tourism.go.id, kiprah Irene di dunia catur dimulai saat mengikuti kejurnas catur tahun 1999 di Bekasi, Jawa Barat.
Saat itu tim Sumatera Selatan kekurangan satu pemain dan ia pun akhirnya didaftarkan oleh tim Sumsel.
Hasil yang didapat kala itu belumlah menggembirakan karena ia sama sekali tak memperoleh nilai.
Tapi, sejak itu Irene Kharisma Sukandar merasa tertantang dan ia serius belajar catur sampai akhirnya masuk Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA) di Bekasi.
Di sekolah ini ia ditangani mantan pecatur nasional, MI Ivan Situru dan ia mulai memperlihatkan kemampuannya hingga memperoleh berbagai prestasi.
Pada tahun 2001, di usia sembilan tahun ia telah meraih gelar Master Percasi (MP). Setelah itu, prestasinya terus berderet dan di tahun 2002, ia memperoleh gelar Master Nasional Wanita (MNW).
Bahkan, tahun 2004 ketika berlangsung Olimpiade Catur di Malorca, Spanyol, ia berhasil merebut gelar Master FIDE Wanita (MFW).
Baca juga: Polemik Dewa Kipas, Grand Master Irene Sukandar Sebut Buat Malu Pecatur Profesional Indonesia
Kehidupan Irena tak lepas dari dunia catur, bahkan pendidikan di tingkat universitas ia peroleh dari beasiswa karena prestasinya di dunia catur.
Melalui kanal YouTubenya, Irene sempat menyayangkan pernyataan orang yang menyebut catur tidak bisa untuk hidup.
Padahal, dari dunia caturlah dirinya justru bisa menggapai prestasi, memperoleh penghargaan, menempuh pendidikan hingga mendapat pekerjaan.
"Dari saya pribadi, saya bisa bilang catur ini ada uangnya, secara pemain profesional, contohnya sekarang saya di pelatnas, saya di gaji oleh negara, saya bermain di kejuaraan luar negeri saya diberikan uang fee yaitu uang tampil, jadi sebelum main itu sudah diberikan," kata Irene.
"Dari segi pendidikan, dari S1 di Universitas Gunadarma sampai S2 di Webster University Amreika Serikat, dua-duanya saya mempunyai beasiswa penuh," lanjut Iren.
"Dari sisi pekerjaan, banyak teman-teman saya ataupun atlet catur lain yang bisa mendapat pekerjaan dari instansi yang cukup baik, dari instansi swasta maupun pemerintah mereka istilahnya dikejar-kejar untuk bekerja disana," jelas Irene.
Baca juga: 5 Game Catur Online Gratis Selain Chess.com, Dapat Diunduh di Play Store dan App Store