Sebelum Tutup Usia, Daniel Dhakidae Ungkap Keinginannya Terbitkan Majalah Prisma Edisi 50 Tahun
Cendikiawan Daniel Dhakidae memiliki keinginan untuk menerbitkan majalah Prisma edisi 50 tahun, sebelum dia wafat pada 6 April 2021 lalu.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
Lebih jauh ia menilai pemikiran Daniel Dhakidae sangat kritis dan ekstrem.
Saking ekstremnya, cara pandang Daniel Dhakidae itu mampu menerjang cendekiawan dan kekuasaan.
"Pemikiran yang kritis bahkan ekstrem dari seorang Daniel Dhakidae mampu menembus batas kekuasaan. Beliau juga praktisi ekonomi yang berkontribusi banyak untuk Indonesia," jelasnya.
Selain itu, Didik melihat dalam beberapa tulisan Daniel terutama terkait nasionalisme ekstrem dan kekuasaan yang terpusat mempunyai diksi yang tajam namun mengena penguasa kala itu.
Daniel berani dan lantang menyuarakan semua itu demi perbaikan carut marut ekonomi saat orde baru.
“Bagaimana mengangkat pemikiran Daniel yang judul-judulnya menerjang cendikiawan dan kekuasaan. Terlebih ia sangat vokal menyuarakan ketimpangan ekonomi yang tak tersiarkan oleh penguasa,” kata Didik.
Baca juga: Cara Mengatasi Keputihan yang Tidak Normal, Konsultasikan ke Dokter dan Segera Ketahui Penyebabnya
Didik menilai setiap tulisan Daniel Dhakidae dalam bukunya berjudul "Cendekiawan dan Kekuasaan" merupakan rekfleksi atau gambaran yang pas untuk mewakili keadaan saat itu.
Secara khusus tentang hubungan cendekiawan dan kekuasaan sebagai relasi yang kompleks baik ditinjau dari politik dan ekonomi.
“Saya melihat dari analisis Daniel, kalau dalam ekonomi itu ada the market, yang diibaratkan supply dan demand. Lalu ada eskpor dan impor, menghasilan modal dan capital dan membuat sistem ekonomi besar. Itu intinya adalah theory of contract, theory of exchange,” ujar Didik.
Mengacu pada pemikiran Daniel, Didik menganggap apa yang dilakukan mantan redaktur pelaksana Majalah Prisma itu merupakan implementasi teori ekonomi politik.
“Diambil dari pemikiran beliau, dalam demokrasi pemikirannya menyerap the market itu sebenarnya untuk teori-teori ekonomi politik yaitu the political market. Ia mengibaratkan sebuah pertukaran antara voters yaitu rakyat dan calon pemimpin, partai-partai. Secara perspektif ekonomi, tulisan Daniel banyak menyentuh permasalahan ekonomi yang erat dipengaruhi tekanan politik penguasa,” kata Didik.
Dalam bukunya itu, menurut Didik, Daniel sangat keras melihat ketidaksinkronan tersebut.
Bahkan Daniel menyebut rezim Presiden Kedua sebagai neofasis.
“Itu yang dicap dalam buku Cendikiawan dan Kekuasaan. Dalam pandangan saya, ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia) adalah bagian dari perlengkapan sistem kekuasaan itu. Golkar itu adalah bagian perlengkapan dari sistem kekuasaan yang neofasis menurut dia,” ucap Didik.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.