Tribunnews.com dan KitaBisa Berbagi ke Pesantren Sederhana, Santrinya Tak Dipungut Biaya
Ada empat Ponpes yang didatangi Tribunnews.com dan Kitabisa.com. Sebagian santrinya berasal dari kaum dhuafa, yatim dan yatim piatu.
Editor: Willem Jonata
Saat mereka sedang salat Jumat, tiba-tiba ada orang yang mengatar satu karung beras ke Ponpesnya.
"Dari situlah kita sangat yakin bahwa rezeki itu datangnya dari Allah. Kami totalitas mengajar dan mendidik para santri tanpa dibayar," ujar Ustaz Anggi.
Untuk menghidupi pesantrennya, Ponpes Assyifa membuat minuman herbal bermerk Assyifa.
Minuman herbal tersebut adalah temuan pengasuh yang notabene ahli farmasi namun menekuni ke pengobatan herbal.
"Semua tanaman sebenarnya memiliki manfaat dan khasiat. Kami di sini fokus membuat minuman teh telang yang berasal dari bunga telang," ujar Fahmi, salah seorang pengasuh Ponpes Assyifa.
Selain belajar agama, para santri juga diajarkan berwira usaha. Mereka terlibat dalam pembuatan teh telang yang saat ini masih dipasarkan mulut ke mulut.
"Almahdulillah, teh telang atau teh herbal kami banyak dicari konsumen yang paham pengobatan herbal,"Ujar Ustaz Anggi.
Selain usaha teh telang, Ponpes Assyifa juga memelihara kambing. "Kambing sangat laku pas hari raya Idul Adha," lanjut Ustaz Anggi.
Dari hasil usaha inilah, keuntungannya dipakai untuk membiayai operasional ponpes.
"Jumlahnya masih jauh dari biaya operasional. Tapi kami yakin Allah akan memberikan jalan rezeki untuk menghidupi santri-santri di sini," jelasnya.
Majelis Hijir Ismail
Lokasi keempat yang diberikan bantuan Tribunnews.com dan KitaBisa yakni Majelis Hijir Ismail di perkampungan tepatnya di Desa Bojonggede RT 5/13, Kabupaten Bogor.
Berbeda dengan Assyifa, Majelis Hijir Ismail ini berada di perkampungan yang tak jauh dari jalan utama Kabupaten Bogor yakni Jalan Tegar Beriman.
Saat masuk, bangunannya berupa rumah kontrakan yang telah dirombak menjadi tempat belajar dan tempat tinggal para santri.