Anis Matta: Perlu Sistem dan Strategi Pertahanan Baru Agar Kasus Kebocoran Data Tak Terjadi Lagi
Dalam sistem pertahanan dan keamanan nasional, Indonesia bisa mencontoh China dan Rusia yang paling jarang mengalami kebobolan.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Dewi Agustina
Rudiantara meminta masyarakat rajin mengganti pin atau password secara rutin dalam menjaga kemananan data sehari-hari di era digital.
Ia menganalogikan menjaga keamanan data seperti menjaga dompet.
"Siapa yang berani simpan dompet di restoran tanpa diawasi? Semua kan disimpan di kantong baik-baik. Nah sama seperti di keamanan digital kita harus selalu ikhtiar. Ikhtiarnya apa? Dengan disiplin, dengan konsisten, menjaga kerahasiaan pin, password," ujarnya.
Sementara itu, pakar intelijen dan keamanan Andi Wijayanto mengatakan, Indonesia sudah saatnya memperkuat teknologi di era digital untuk keamanan nasionalnya.
"Untuk amankan siber kita, untuk memperkuat keamanan nasional kita, kuncinya teknologi," kata Andi.
Namun, penguatan teknologi digital Indonesia saat ini terhambat, karena pandemi Covid-19.
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang terbentuk pada 2017 lalu, tidak dalam kondisi ideal untuk membangun infrastruktur, karena keterbasan pengalokasian anggaran.
"Kepalanya sedang berupaya transformasi BSSN. Tiba-tiba 'boom', Covid-19. Jadi tertunda yang direncanakan. Karena harus prioritaskan Covid-19. Moga-moga pandemi segera berakhir," ujarnya.