Kisah Damar dan Nana Gagal Berangkat Haji, Bertahun-tahun Kumpulkan Tabungan dari Jualan Sapu Lidi
Keduanya kini sedih karena gagal berangkat haji tahun ini padahal sudah bertahun-tahun menabung mengumpulkan biaya haji dari berjualan sapu lidi.
Penulis: Choirul Arifin
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Yudistira Wanne
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Banyak cerita masyarakat yang sudah meniatkan diri berangkat menunaikan rukun Islam kelima, berangkat haji ke Tanah Suci namun gagal karena pandemi.
Yang terbaru adalah kisah pasangan suami-istri Damar Rahayu (51) dan Nana (49), warga Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Keduanya kini sedih karena gagal berangkat haji tahun ini padahal mereka sudah bertahun-tahun menabung mengumpulkan biaya haji dari berjualan sapu lidi.
Warga Kampung Bojong Sompok, RT 7/5, Desa Tegal, Kecamatan Kemang, tersebut sudah bertahun-tahun menanti untuk bisa menunaikan ibadah haji.
Namun, imbas pandemi Covid-19 sudah dua musim haji, Indonesia tidak membarangkatkan calon jemaah ke Tanah Suci seiring dengan adanya kebijakan dari pemerintah Arab Saudi yang menggelar ibadah haji terbatas.
Diketahui, pasangan suami istri tersebut mendaftar menjadi calon jemaah haji sejak tahun 2013.
Baca juga: Kuota Haji 60.000 Hanya untuk Jemaah Domestik Arab Saudi dan Para Ekspatriat
Damar mengatakan, pembatalan haji sudah sejak 2 tahun berimbas pada dirinya yang akan mundur lagi pemberangkatan hajinya.
"Saya nanya ke yayasan di mana saya mendaftar di Cibinong, itu infonya kalau tidak 2022 tahun 2021 ini saya berangkat katanya, tapi mendengar kabar ini dari berita bahwa tidak ada yang berangkat saya sama istri merasa sedih," ujarnya, Sabtu (12/6/2021).
Baca juga: Arab Saudi Putuskan Haji 2021 Khusus Domestik, Menag: Kita Fokus Persiapan Tahun Depan
Lebih lanjut, Damar sudah meniatkan dirinya untuk pergi haji bersama istrinya setelah awal berumah tangga pada tahun 1990-an.
Sejak itu, imbuh Damar, dirinya bertekad untuk mengumpulkan uang dari hasil jualan sapunya yang ia tabung di kaleng dan celengan bambu yang dibuat.
"Saya buta huruf makanya saya nabung di kaleng dan bambu setelah terkumpul saya beliin empang dan kambing 7 ekor," katanya.
Damar berjualan sapu lidi sejak masih muda. Mulai dari harga sapu lidi Rp 800 , kemudian tahun 2014 menjadi Rp 2000, dan saat ini sudah Rp 5000.
Damar menjual sapu lidi ke daerah Jakarta dari gang ke gang. Per hari, hasil penjualan sapu lidi Damar mencapai Rp 100 ribu rupiah.