Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kemerdekaan Literasi  Kunci Kemajuan Bangsa, Karya Penulis Harus Lebih Dihargai

Upaya menjadikan membaca dan menulis sebagai bagian dari gaya hidup,terus diperjuangkan oleh mereka yang benar-benar sadar pentingnya suatu peradaban

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Kemerdekaan Literasi  Kunci Kemajuan Bangsa, Karya Penulis Harus Lebih Dihargai
Ist
Sarasehan bertema “Kemerdekaan Literasi” yang diselenggarakan perhimpunan penulis Satupena pada Jumat (25/6/2021) sore. 

TRIBUNNEWS.COM, Jakarta - Dunia literasi di Tanah Air sedang menghadapi tantangan yang amat berat. Kemajuan teknologi dan internet mengubah pola kehidupan masyarakat, termasuk dalam membaca.

Sayangnya, pergeseran ini makin menjauhkan masyarakat dari buku. Begitu juga hantaman pandemi Covid-19 seakan meluluhlantakan sendi-sendi kehidupan.

Ini pun berdampak pada proses kreatif penulis. Belum lagi terhambatnya kemerdekaan literasi yang dipengaruhi pandangan sempit sebagian masyarakat dan penguasa negara.

Kondisi tersebut makin diperparah dengan kebiasaan masyarakat kita yang kurang menghargai hak cipta dan lebih menyukai karya bajakan yang murah, yang dibeli dengan mudah lewat online.

Dalam situasi demikian, penulis dan para intelektual tetap harus menulis dan berkarya demi kemajuan masyarakat.

Upaya menjadikan membaca dan menulis sebagai bagian dari gaya hidup,terus diperjuangkan oleh mereka yang benar-benar sadar pentingnya suatu peradaban literer.

Sejumlah masalah tersebut menjadi perbincangan menarik dari sarasehan bertema “Kemerdekaan Literasi” yang diselenggarakan perhimpunan penulis Satupena pada Jumat (25/6/2021) sore.

Berita Rekomendasi

Empat narasumber yang kompeten dalam bidang ini hadir memberikan prasarannya yakni Prof. Azyumardi Azra, Prof, Albertine Minderop, Dr. Nasir Tamara, dan Krisnina Akbar Tandjung, MA. 

Nasrum sarasehan, arah jarum jam: Nasir Tamara, Nina Akbar, Prof Albertine Minderop, dan Prof. Azyumardi Azra
Nasrum sarasehan, arah jarum jam: Nasir Tamara, Nina Akbar, Prof Albertine Minderop, dan Prof. Azyumardi Azra (Ist)

Sarasehan yang dipandu penulis dan dosen ATVI, Suradi, MA ini digelar dalam rangka menyongsong Kongres ke-2 Satupena yang akan dilaksakanakan pada Agustus mendatang.

Selain sarasehan yang rencana berseri hingga pelaksanaan hajat organisasi itu, beragam acara dikemas, seperti IG live dengan tema aktual, bincang buku, temu penulis, dan sebagainya. 

Ketua umum Satupena Nasir Tamara dalam sarasehan ini mengungkapkan sederet persoalan yang mengimpit penulis, mulai pembajakan, royalty rendah, dan belum terbangunnya ekosistem dunai penulisan yang memberi tempat serta penghargaan terbaik bagi penulis.

Selain itu, diungkapkan potensi besar yang bisa ditembus penulis asalkan menghasilkan karya yang berkualitas dan dapat menarik produser film untuk diangkat ke layar lebar, atau mengikuti ajang internasional.

Mantan wartawan Sinar Harapan dan Pemred Republika ini mengungkapkan bagaimana sejarah kelahiran Satupena, untuk memperjuangkan nasib penulis, baik dalam kaitan pajak, royalty, dan juga akses penulis ke berbagai sumber penulisan.

“Pemerintah harus membantu profesi penulis, sebab karya penulis menunjukkan peradaban suatu bangsa. Karena itu Satupena ingin membuat suatu ekosistem yang memberi ruang lebih besar bagi penulis dan meningkatkan harkat serta kesejahteraan mereka,” katanya.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas