Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jokowi Pernah Dikritik Bilang Hidup Berdampingan dengan Covid-19, Kini Negara Lain Menerapkannya

Presiden Joko Widodo mengajak masyarakat hidup berdampingan dengan virus corona Covid-19.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Jokowi Pernah Dikritik Bilang Hidup Berdampingan dengan Covid-19, Kini Negara Lain Menerapkannya
Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus memantau percepatan vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Kali ini Jokowi usia meninjau pelaksanaan vaksinasi massal Covid-19 bagi pelaku sektor jasa keuangan di Tennis Indoor Senayan Jakarta, Rabu (16/6/2021). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Presiden Joko Widodo mengajak masyarakat hidup berdampingan dengan virus corona Covid-19. 

Hal ini karena Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan terdapat potensi bahwa virus ini tidak akan segera menghilang dan tetap akan terus ada di tengah masyarakat.

"Artinya kita harus hidup berdampingan dengan Covid-19. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, berdamai dengan Covid," kata Presiden seperti dikutip dari siaran pers resmi pada Jumat 15 Mei 2020 lalu.

"Sekali lagi, yang penting masyarakat produktif, aman, dan nyaman," lanjut dia.

Kepala Negara menegaskan bahwa hidup berdampingan dengan Covid-19 bukan berarti menyerah dan menjadi pesimistis.

Justru kondisi ini merupakan titik tolak menuju tatanan kehidupan baru masyarakat untuk dapat beraktivitas kembali sambil tetap melawan ancaman Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Baca juga: Dokter Ahli Jepang Ungkap Bahayanya Varian Delta Covid-19

Pernyataan Jokowi saat itu mendapatkan kritik dan cibiran dari berbagai pihak.

Berita Rekomendasi

Diantaranya Pengamat Politik Rocky Gerung.

Gerung mengatakan saat itu menilai pemerintah tidak mampu menyelesaikan masalah Covid-19.

"Kalau mau efektif ya mesti ada the new kind of leadership, yang khusus punya kemampuan untuk mempersuasi publik menerima kenyataan dan bukan menyerah, berdamai dengan Corona," ungkap Rocky seperti dikutip dari Grid,id  pada 17 Mei 2020.

Negara Lain Mulai Menerapkan

Gagasan berdamai dengan Covid-19 yang pernah diutarakan Jokowi tahun lalu kini akan diterapkan di negara lain.

Singapura misalnya.

Pemerintah Singapura meyakini bahwa virus corona tidak bisa lenyap.

Dengan demikian maka virus corona kemungkinan akan ada selamanya dan akhirnya menjadi endemik.

Itu berarti, SARS-CoV-2 tidak akan hilang dan akan terus ada di sekitar manusia dan populasi global selama beberapa tahun ke depan.

Oleh karenanya, “Negeri Singa” berencana menyiapkan cetak biru alias blueprint agar warganya hidup dengan Covid-19.

Blueprint tersebut disusun untuk mempersiapkan warga Singapura dapat beraktivitas normal dengan Covid-19 tanpa harus menjalani karantina dan lockdown.

The Straits Times melaporkan, blueprint yang sedang dipersiapkan tersebut akan menjadi panduan hidup warganya dengan Covid-19.

Rencana berdampingan dengan Covid-19

Singapura menargetkan agar penerbangan internasional dapat beroperasi kembali.

Rencananya, warga yang sudah divaksin tak perlu menjalani karantina jika dia dinyatakan negatif Covid-19 menurut hasil tes.

Pembukaan penerbangan internasional dapat dimulai dengan menerapkan travel bubble dengan sejumlah negara atau wilayah yang dianggap berhasil mengendalikan penyebaran virus corona.

Pekerja asing seperti asisten rumah tangga dan buruh konstruksi diharapkan bisa masuk lagi ke Singapura.

Pasalnya, saat ini sektor perekonomian yang bergantung kepada pekerja asing mengalami kekurangan tenaga kerja sehingga membuat mereka kewalahan.

Sejumlah acara yang melibatkan bayak orang seperti perayaan Hari Kemerdekaan, pesta tahun baru, pertandingan olahraga, dan konser musik juga akan kembali diselenggarakan.

Warga yang sudah divaksin dapat kembali berkumpul dalam jumlah besar tanpa harus menjaga jarak.

Selanjutnya, penanganan kasus Covid-19 akan difokuskan ke penderita dengan gejala berat, terutama yang dirawat di ruang ICU.

Kelak warga yang terinfeksi dapat menjalani pemulihan atau isolasi di rumah masing-masing tanpa harus dirawat inap di rumah sakit.

Fase endemik

Pada fase endemik, kasus Covid-19 menjadi relatif konstan selama bertahun-tahun, dengan kambuh sesekali.

Ini juga berarti wabah Covid-19 dapat terus terjadi dari waktu ke waktu.

Gugus tugas Covid-19 Singapura menyatakan, Covid-19 akan ditangani seperti penyakit endemik lainnya, misalnya influenza dan cacar air.

Saat ini, Singapura tengah gencar melakukan vaksinasi. Pada 9 Agustus, negara tersebut menargetkan dua pertiga warganya mendapat vaksin virus corona.

Setiap hari, ada sekitar 80.000 warga Singapura divaksinasi. Vaksinasi disebut ampuh memangkas penyebaran Covid-19.

Kalaupun terinfeksi virus corona, mayoritas penerima vaksin ini tidak menunjukkan gejala atau hanya mengalami gejala ringan.

Transisi

Saat ini, “Negeri Merlion” sedang menjalani transisi menuju new normal setelah mencabut lockdown parsial yang sempat diterapkan sejak 16 Mei hingga 13 Juni.

Warga Singapura kini bisa berkumpul maksimal lima orang dan bersantap bersama maksimal dua orang.

Pada akhir April, Singapura sempat diguncang oleh virus corona varian Delta yang disebut dapat menular lebih cepat.

Dalam 10 bulan sebelum April, kasus Covid-19 lokal konsisten mendekati angka nol.

Menurut data terbaru, total kasus Covid-19 di Singapura adalah 62.530 kasus, di mana 143 pasien saat ini menjalani perawatan di rumah sakit.

Sebanyak 170 orang sedang menjalani pemulihan di fasilitas isolasi. Sementara itu, jumlah korban meninggal akibat Covid-19 di Singapura adalah 36 orang.

Saran Ahli Epidemiologi

Ahli Epidemiologi Griffith University Australia Dicky Budiman memberikan sejumlah tips bagi kita semua saat berada di ruang publik, khususnya di dalam kendaraan umum dengan ruang terbatas dan di pusat perbelanjaan.

Kendaraan umum

Transportasi publik menjadi salah satu fasilitas yang banyak dimanfaatkan masyarakat untuk beraktivitas sehari-hari, mulai dari pergi ke kantor, pasar, bandara, stasiun, dan sebagainya. Di tempat-tempat tersebut juga memungkinkan berkumpulnya orang dalam jumlah banyak.

Untuk itu, masyarakat harus terus menjaga diri agar aman dan terhindar dari virus corona selama berada di kendaraan umum, apapun itu, baik bus, kereta, pesawat, dan sebagainya.

Tips yang diberikan Dicky berikut sebenarnya sederhana dan sudah berulang kali mungkin kita terima di masa pandemi ini.

Namun, itulah upaya-upaya yang saat ini bisa kita lakukan.

"Selalu menggunakan masker di mana pun, termasuk di sarana transportasi publik. Jaga jaraknya, kontaknya diminimalisir antar-orang," kata Dicky dalam video pendek yang diterima Kompas.com, Minggu (17/5/2020).

Dicky mengatakan, selalu upayakan agar kita berada berjauhan dengan penumpang lain, setidaknya 2 meter. Namun jika tidak memungkinkan, duduk atau berdirilah sesuai dengan titik atau bangku yang sudah diatur sedemikian rupa.

Selain dari pihak masyarakat sebagai penumpang, pihak penyedia layanan transportasi umum dan pemerintah juga memiliki kontribusi penting dalam mengamankan penumpang dari Covid-19.

"Di transportasi publik ini perlu juga disiapkan oleh pemerintah, misalnya posisi-posisi, pengingat-pengingat (simbol atau poster) harus menjaga jarak. Selain posisi duduk juga diupayakan harus berjauhan," jelas Dicky.

Pusat perbelanjaan

Selain di kendaraan umum, pusat perbelanjaan juga menjadi tempat yang sering dituju masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan sehari-hari.

Di sana, masyarakat sebagai konsumen akan banyak bertemu dengan banyak orang lain yang juga pergi berbelanja maupun petugas atau karyawan yang bekerja di sana.

Untuk itu, jaga jarak dan penggunaan masker hukumnya tetap menjadi suatu keharusan bagi semua pihak, tak terkecuali.

Namun di samping itu, Dicky menyarankan pihak pengelola pusat perbelanjaan untuk menyediakan cairan pencuci tangan di berbagai titik.

Selanjutnya, pengelola juga diimbau untuk membuat alur bergerak para konsumen seperti untuk masuk, keluar, juga berdiri menunggu antrean.

"Pintu masuknya harus (diatur), jadi ada masuk dan keluar. Jadi dibantu dengan adanya arah petunjuk (misalya stiker lantai) untuk pengunjun," kata Dicky. 

Pengaturan alur semacam ini bisa meminimalisir terjadinya kerumunan atau terpusatnya pengunjung di satu titik yang sama, sehingga bisa menyebabkan terjadinya penularan virus.

"Pesan penting yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan ini adalah saya imbau kita semua, setiap diri kita, masyarakat mulai membiasakan untuk mengubah pola keseharian dibanding masa-masa sebelumnya," sebut Dicky.

"Biasakan cuci tangan, biasakan jaga jarak fisik 2 meter, dan biasakan jauhi kerumunan, dan biasakan memakai masker non-medis," lanjutnya.

Semua upaya itu akan membantu kita semua melalui pandemi Covid-19 hingga nanti akhirnya para ilmuwan berhasil menemukan vaksin yang efektif untuk menangani virus ini.

"Jangan lemah, jangan lengah" tutup Dicky.

Sumber: Kompas.com/Grid.id/Tribunnews.com

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas