Petinggi Organisasi Teroris JI Lihai Rekrut Anggota, Kini Tercatat Ada 1.600 Personel Aktif
Banyaknya anggota JI tidak terlepas dengan pola rekrutmen pimpinan organisasi terlarang tersebut.
Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Organisasi teroris Jamaah Islamiah (JI) ternyata masih memiliki 1.600 anggota di seluruh Indonesia. Hal itu diketahui berdasarkan anggota JI yang tertangkap oleh Densus 88 Antiteror Polri.
Total, ada 58 teroris yang ditangkap tim Densus 88 Antiteror Polri selama 10 hari terakhir. Mereka ditangkap di tempat terpisah di seluruh Indonesia.
"Sampai saat ini dari keterangan tersangka ini ada sekitar 1.600 personel aktif di JI. Kita tidak tahu mereka merekrut siapa-siapa. Tapi setelah kita lakukan penangkapan kita baru tau oh ternyata jumlahnya sekian," kata Kadiv Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono kepada wartawan, Minggu (22/8/2021).
Ia menyampaikan banyaknya anggota JI tidak terlepas dengan pola rekrutmen pimpinan organisasi terlarang tersebut.
Mereka dinilai lihai menjerumuskan masyarakat agar mau masuk sebagai anggotanya.
"Jumlah kan itu tergantung dari kepala bidang di JI ini untuk merekrut orang. Bagaimana kepiawaian dia, bagaimana mereka mengajak orang untuk ikut di dalam JI itu. Jadi itu tergantung," ujarnya.
Sebagai informasi, tim Densus 88 Antiteror Polri menangkap setidaknya 58 tersangka teroris di sejumlah wilayah sejak Kamis 12 Agustus 2021 kemarin. Mayoritasnya merupakan anggota jamaah islamiah (JI).
Baca juga: Kotak Amal Teroris Jamaah Islamiah Diduga Disebar di Supermarket Hingga Warung Makan
Anggota Jamaah Islamiah sendiri sebelumnya diperkirakan sebanyak 6.000 orang di Indonesia. Namun pada November 2020 lalu, petinggi JI bernama Upik Lawanga yang juga biasa dijuluki penerus dokter Azhari tertangkap.
Dari hasil penyidikan Densus 88, kasus besar tindak pidana terorisme yang melibatkan Upik Lawanga di Sulawesi Tengah. Pada tahun 2004, dia terlibat dalam pembunuhan Helmi tembiling istri Anggota TNI AD, penembakan dan pengeboman gereja anugrah pada 12 Desember 2004.
Selain itu, pengeboman GOR Poso 17 Juli 2004, bom pasar sentral 13 November 2004. Pada tahun 2005, bom pasar Tentena, Bom pura Kandangan, Bom pasar mahesa.
Kemudian pada 2006, bom termos nasi Tengkura, bom center kaus hingga, penembakan supir angkot. Kemudian pada 2020, Upik Lawangan membuat senjata api rakitan dan membuat bunker.