Wajah Baru Taliban di Afghanistan Proses Pembelajaran dari Jatuhnya ISIS
Kelompok militan Afghanistan Taliban yang kini tampil dengan wajah diplomatis dan ramah dinilai merupakan bagian dari strategi.
Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kelompok militan Afghanistan Taliban yang kini tampil dengan wajah diplomatis dan ramah dinilai merupakan bagian dari strategi.
Mereka dinilai banyak belajar dari jatuhnya Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Hal ini disampaikan oleh Analis Konflik dan Keamanan Internasional Alto Labetubun.
Dia menilai kelompok militan Taliban sejatinya masih belum berubah.
"Mereka ingin menunjukkan wajah Taliban yang ramah, diplomatik, menjanjikan penghargaan kepada perempuan dan anak. Membuka akses sebesar-besarnya kepada komunikasi dan lain-lain. Dan ini yang membuat banyak orang yang merasa bahwa Taliban sekarang ini udah berubah. Tapi apakah mereka berubah? Menurut saya mereka bukan berubah," kata Alto dalam diskusi daring, Rabu (1/9/2021).
Alto menyampaikan wajah baru yang ditunjukan Taliban dimaksudkan agar tidak ingin langsung memiliki banyak musuh seperti kejatuhan ISIS.
Apalagi, dia mengambil alih kekuasaan dengan cara pemberontakan.
Baca juga: Di Tangan Taliban, Warga Afghanistan Tak Lagi Pakai Celana Jins, Tak Terdengar Lagi Suara Musik
"Menurut saya ini adalah optik yang memang dimainkan dan merupakan proses belajar dari rezim sebelumnya. Bukan rezim Taliban tapi mereka belajar dari kejatuhan ISIS," ungkapnya.
Ia menuturkan Taliban memang harus banyak belajar dari ISIS agar tidak terlalu banyak resistensi dengan negara lain atas pengambilalihan kekuasaan di Afghanistan.
"Pembelajaran dari ISIS salah satu yang paling utama adalah dia menciptakan musuh terlalu banyak dan terlalu cepat. Dan ini dipelajari betul oleh Taliban bahwa saat ini jika mereka ingin survive maka mereka jangan menciptakan musuh yang terlalu banyak dan terlalu cepat," jelasnya.
Lebih lanjut, Alto menambahkan jika terlalu cepat memiliki musuh usai menguasai Afghanistan, maka nantinya dia akan kembali menjadi musuh bersama seluruh negara.
"Karena jika mereka menciptakan musuh terlalu banyak dan terlalu cepat dan melakukan penetrasi projection forcenya dengan dengan aksi-aksi teror di mana-mana maka dia akan kembali menjadi musuh bersama. Jadi bagi dunia internasional mereka pasti akan wait and see," tukasnya.
Sebagai informasi, Taliban telah berhasil menguasai Kabul, ibukota Afghanistan sejak 15 Agustus 2021 lalu.
Presiden Afganistan, Ashraf Ghani langsung meninggalkan kota sesaat Taliban berhasil menguasai kota.
Hal ini membuat warga berbondong-bondong meninggalkan Afghanistan dan memenuhi bandar udara.
Setidaknya 26 Warga Negara Indonesia (WNI) telah dievakuasi ke Tanah Air dari Afghanistan pada Sabtu (21/8/2021).
Diketahui, Taliban adalah kelompok militan yang berbasis di Afghanistan.
Kelompok militer tersebut dilengkapi persenjataan dan menguasai hampir seluruh wilayah negara tersebut.