Kelompok MIT Bakal Melemah Pasca Tewasnya Ali Kalora, Sisa Anggotanya Diburu Hingga Tuntas
kekuatan MIT berkurang drastis dengan kematian Ali Kalora dan Ikrima. Kehilangan pemimpin di tengah pemberontakan akan menyerang mental tersebut.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Dewi Agustina
"Saat ini Satgas Madago masih mengejar 4 DPO lainnya yang sempat kabur. Nah ini kita harus gerak cepat menangkap mereka. Jangan berikan celah atau waktu kepada organisasi teroris ini untuk membangun kembali organisasinya dan menghadirkan pemimpin baru. Harus kita basmi hingga ke akar-akarnya," kata Sahroni.
Hal tersebut diamini oleh Brigjen Pol Ahmad Nur Wahid selaku Direktur Pencegahan BNPT.
Ahmad menyebut kematian Ali Kalora secara otomatis membuat kelompok MIT Bakal menunjuk seseorang mengisi posisi tersebut.
Dengan menunjuk pimpinan baru, kelompok itu diyakini bakal bisa segera bergerak dan membalas aksi baku tembak kemarin. Sebab kebencian dan dendam selalu tertanam dan menjadi karakter dari para teroris.
"Otomatis. Itu kan memang ada semacam standar operasional prosedur (SOP) di kelompok-kelompok jaringan teroris maupun radikal. Kalau pimpinannya tewas ataupun mati, maka langsung yang paling senior atau paling dianggap memiliki kemampuan, dianggap paling berani, paling handal, otomatis akan diangkat jadi pemimpinnya. Tetapi kami Densus 88, BNPT dan Satgas Madago Raya selalu siap segala kemungkinan untuk mengantisipasinya," kata Ahmad.
Berdasarkan kebiasaan selama ini, dia menuturkan kemungkinan besar pimpinan kombatan MIT setelah tewasnya Ali Kalora bakal dijabat dari salah satu dari empat orang yang tersisa.
Namun Ahmad mendoakan agar jaringan terorisme di Poso bisa segera ditumpas habis dan membuat situasi aman damai terwujud.
"Apakah (pimpinan selanjutnya) dipilih empat orang yang tersisa atau dari luar? Semua ada kemungkinan. Tapi biasanya untuk pimpinan kombatan atau pasukan di Poso itu otomatis dari yang tersisa. Jadi dari empat orang ini siapa yang nanti akan ditunjuk adalah yang dianggap paling mampu atau wibawa," imbuhnya.(Tribunnetwork/Vincentius Jyestha)