Brazil dan Argentina Kerja Sama Kembangkan Vaksin mRNA Covid-19 di Amerika Latin
Transfer teknologi ini dilakukan ke wilayah yang paling parah terdampak virus corona dan masih belum memiliki akses yang cukup ke vaksin.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Organisasi Kesehatan Pan Amerika (PAHO) telah memilih dua pusat biomedis di Argentina dan Brazil sebagai pusat regional untuk mengembangkan dan memproduksi vaksin virus corona (Covid-19) berbasis messenger RNA (mRNA) di Amerika Latin.
Pernyataan itu disampaikan lembaga kesehatan regional tersebut pada Selasa kemarin.
Idenya adalah memanfaatkan kapasitas manufaktur yang ada untuk membantu mentransfer teknologi vaksin yang dikembangkan oleh Moderna di Amerika Serikat (AS).
Transfer teknologi ini dilakukan ke wilayah yang paling parah terdampak virus corona dan masih belum memiliki akses yang cukup ke vaksin.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (22/9/2021), laboratorium biomedis utama Brazil di Institut Teknologi Bio-Manguinhos tentang Imunobiologi Fiocruz dipilih untuk pengembangan vaksin mRNA ini karena sejarah pembuatan vaksinnya.
Baca juga: FDA Sarankan Masyarakat Cegah Covid-19 Lewat Vaksinasi, Bukan Pakai Ivermectin
"Laboratorium itu telah membuat 'kemajuan yang menjanjikan' dalam mengembangkan teknologi vaksin mRNA," kata PAHO.
Sedangkan Sinergium Biotech, sebuah perusahaan biofarmasi sektor swasta, telah dipilih sebagai pusat pengembangan vaksin di Argentina dan akan bermitra dengan lab farmasi mAbxience dari kelompok yang sama untuk mengembangkan dan memproduksi bahan vaksin aktif.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) cabang Amerika ini mengatakan bahwa pembuatan vaksin harus menguntungkan seluruh wilayah, dengan distribusi yang didanai oleh Dana Bergulir PAHO.
Perlu diketahui, seorang pejabat WHO menyampaikan bahwa upaya serupa yang dilakukan di Afrika untuk mengembangkan produksi vaksin Covid-19 yang mereplikasi suntikan Moderna telah diperlambat oleh alotnya pembicaraan dengan perusahaan AS, dalam hal ini Moderna.
Baca juga: Singapura Terima Lebih dari 100.000 Dosis Vaksin Sinovac
Terkait hal ini, Moderna sebelumnya mengatakan pada Oktober 2020 bahwa pihaknya tidak akan memberlakukan paten terkait vaksinnya selama masa pandemi ini.
Ini tentu saja dilihat dapat meningkatkan harapan bahwa perusahaan lain mungkin saja dapat menyalin vaksinnya dan membantu menambah produksi global.
Namun, dalam praktiknya, sulit untuk mereplikasi vaksin tanpa memperoleh informasi jelas mengenai cara pembuatannya.
Sedangkan pusat transfer teknologi yang didukung WHO di Afrika Selatan sejauh ini belum mencapai kesepakatan dengan perusahaan tersebut.
Wilayah Amerika sejauh ini telah menanggung beban infeksi Covid-19, dengan mencatat 87,6 juta kasus dan lebih dari 2,16 juta kematian.