Sejarah Peringatan Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober dan Amanat Presiden Soekarno kepada Soeharto
Berikut sejarah peringatan hari kesaktian Pancasila 1 Oktober dan amanat Presiden Soekarno kepaad Soeharto.
Penulis: Katarina Retri Yudita
Editor: Garudea Prabawati
Hanya jikalau kita berdiri benar-benar di atas Panca Azimat ini, kita semuanya, maka barulah revolusi kita bisa jaya.
Soeharto sebagai panglima Angkatan Darat dan sebagai Menteri dalam kaninetku, saya perintahkan engkau, kerjakan apa yang kuperintahkan kepadamu dengan sebaik-baiknya.
Saya doakan Tuhan selalu bersama kita."
Baca juga: Gerwani dan Stigma Negatif Organisasi Perempuan Indonesia, Sering Dihubungkan dengan G30S 1965
Pemberian kekuasaan melalui Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar)
Lima bulan setelah itu, pada tanggal 11 Maret 1966, Soekarno memberi Soeharto kekuasaan tak terbatas melalui Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).
Ia memerintahkan kepada Soeharto untuk mengambil “langkah-langkah yang sesuai” guna mengembalikan ketenangan.
Selain itu juga untuk melindungi keamanan pribadi dan wibawanya.
Kekuatan tak terbatas ini pertama kali digunakan oleh Soeharto untuk melarang PKI.
Sampai Maret 1967, Soekarno dipertahankan sebagai Presiden Tituler Diktatur Militer itu sebagai penghargaan atas jasa-jasanya.
Sesudah kejadian tersebut, 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September (G30S).
Kemudian hari berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Pada masa pemerintahan Soeharto, biasanya sebuah film mengenai kejadian tersebut juga ditayangkan di seluruh stasiun televisi di Indonesia setiap tahun pada tanggal 30 September.
Selain itu, pada masa Soeharto biasanya dilakukan upacara bendera di Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya.
Setelah upacara kemudian dilanjutkan dengan tabur bunga di makan para pahlawan revolusi di TMP Kalibata.
Namun, sejak era Reformasi bergulir, film itu sudah tidak ditayangkan lagi dan hanya tradisi tabur bunga yang dilanjutkan.
(Tribunnews.com/Katarina Retri)