Cerita Bang Tigor Eks KPK: Rela Tak Pulang ke Rumah demi Lawan Koruptor Kini Berjualan Nasi Goreng
Tidak sulit mencari kedai nasi goreng Tigor. Pasalnya, letaknya persis di pinggir jalan Raya Hankam, Jatirahayu, Pondok Melati, Bekasi Jawa Barat.
Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Eks pegawai yang diberhentikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Juliandi Tigor Simanjuntak kini beralih profesi menjadi penjual nasi goreng.
Padahal, Tigor biasa dikenal sebagai punggawa yang kerap menghadapi para koruptor.
Diketahui, nama Tigor Simanjuntak masuk ke dalam daftar nama 57 mantan pegawai KPK yang disingkirkan dari lembaga anti rasuah karena tidak lulus Tes Wawasan Kebangsaan (TWK).
Tribunnews pun mencoba mendatangi warung makan nasi goreng Tigor Simanjuntak yang terletak di Jatirahayu, Pondok Melati, Bekasi, Jawa Barat pada Senin (11/10/2021) malam.
Tidak sulit mencari kedai nasi goreng Tigor. Pasalnya, letaknya persis di pinggir jalan Raya Hankam, Jatirahayu, Pondok Melati, Bekasi Jawa Barat.
Tigor berjualan di gerobak sederhana dengan bertuliskan 'Nasi Goreng KS Rempah'. Dia menyewa halaman ruko yang biasa berjualan perlengkapan kendaraan untuk bisa berjualan nasi goreng.
Saat berjualan, Tigor memang tidak bekerja sendirian. Dia dibantu oleh sejumlah koleganya sekitar 2 orang yang biasa membantunya dalam menyajikan nasi goreng kepada pelanggan.
Kepada Tribunnews, Tigor mengaku memang mulai berpikir banting stir berjualan nasi goreng setelah di-nonaktifkan oleh KPK.
Dia mengaku tak menyangka dirinya didepak dari lembaga anti rasuah lebih cepat dari waktu yang diperkirakan.
"Kurang lebih setelah di-non jobkan saya sudah berpikir ke depan mau seperti apa. Sejak 30 September kita diberhentikan itu bukan sesuatu yang bisa diprediksikan. Karena kan saya pikir di bulan Oktober (diberhentikan)," kata Tigor.
Usai disingkirkan dari KPK, Tigor mulai berpikir keras untuk dapat menghidupi istri dan ketiga anaknya yang masih bersekolah. Dia akhirnya memilih belajar secara otodidak memasak nasi goreng dari YouTube.
"Semua menu yang saya sampaikan atau buat itu semua produksi dari YouTube. Karena saya gak ada kegiatan saya lihat proses semua yang ada di YouTube. Tapi tentunya saya kombinasikan dengan berbagai menu," katanya.
Baca juga: Novel Baswedan Kunjungi Warung Nasgor Eks Pegawai KPK: Semangat, Integritasmu Tak Bisa Dibeli
Meski kini berjualan nasi goreng, aktivis gereja ini mengaku tidak malu. Baginya, usaha adalah salah satu cara untuk dirinya tetap produktif dan tetap bisa menghidupi keluarganya usai didepak dari KPK.
"Apapun usaha yang kita lakukan kalau sesuai dengan hati nurani kita itu kita jalankan. Saya sih tidak merasa malu dan ini kan menurut antara ya kalau kita menuju sesuatu itu harus ada pengorbanan.
Menurut saya usaha itu salah satu solusi ketika kita menemukan hal kayak kemarin ketika diberhentikan tanpa mendapatkan kompensasi apapun. Kita punya keluarga dan kita harus memikirkan. Kita harus berpijak di kaki sendiri," ujarnya.
Tigor Mengaku Kecewa Disingkirkan KPK
Meski tak malu beralih profesi menjadi berjualan nasi goreng, Tigor tidak bisa menutupi kekecewaannya harus disingkirkan dari KPK setelah mengabdi sejak 2008 lalu. Selama 13 tahun terakhir, dia bertugas di Biro Hukum KPK.
Biasanya, bang Tigor, sapaan akrab Tigor Simanjuntak, menghadapi praperadilan yang diajukan oleh para tersangka korupsi. Salah satu kasus yang pernah ditangani adalah praperadilan penetapan tersangka suap dan gratifikasi Komjen Pol Budi Gunawan.
Selama mengabdi di KPK, dia mengaku rela jarang pulang ke rumah dan menginap untuk menyelesaikan pekerjaannya melawan para koruptor. Kini, dia justru menjadi salah satu orang yang disingkirkan oleh KPK.
"Manusia pasti kecewa, kita yakin akan indah pada waktunya. Kita sih jalanin saja. KPK itu ladang buat saya bekerja. Saya gak bilang di tempat lain itu tidak bekerja. Tapi KPK itu menurut saya seolah-olah tidak bekerja. Saya 13 tahun itu enjoy sekali. Saya tidak pulang ke rumah ya karena itu sesuatu yang saya cintai tapi kalau tiba-tiba saya disingkirkan kan betapa menurut saya betapa sedihnya. Tapi kan hidup harus terus berjalan ya. Kita harus move on," ungkapnya.
Tigor bercerita bahwa tes wawasan kebangsaan yang membuatnya disingkirkan dari lembaga anti rasuah sejatinya bukan merupakan tes yang sulit. Apalagi, dia memahami betul mengenai pengamalan atau implementasi setiap butir Pancasila.
Bahkan sebelum ujian, dia juga mempersiapkan diri untuk menghadapi tes TWK tersebut. Karena itu, dia tidak menyangka TWK ini yang membuatnya dianggap sebagai pegawai yang tak bisa dibina lagi di KPK.
"Intinya kan pemahaman sesuatu yang sudah kita tau. masa sih kita tidak tau butir-butir pengamalan Pancasila kesatu kedua ketiga dan seterusnya. itu kan kita dari SD sampai SMA kita belajar. Waktu sebelum tes itu saya juga mempersiapkan diri. Saya buka buku pelajaran lagi. Saya rasa temen-temen KPK itu tidak ada yang cuek. Pasti mereka mempersiapkan diri," jelasnya.