Kemenag Afirmasi Pendidik Inklusi dalam Program Penguatan Literasi Digital Madrasah
Muhammad Zain mengatakan pada era digital saat ini terdapat beberapa pekerjaan atau profesi bisa tergantikan karena keberadaan kecerdasan buatan.
Editor: Hasanudin Aco
“Kita semua harus memiliki keterbukaan dan kepekaan. Kita di Kementerian Agama punya prinsip bahwa pendidikan untuk semua, madrasah untuk semua,” tutup Zain.
Narasumber Literasi Digital bagi Pendidik Inklusif, Slamet Thohari mengatakan sarana penyampaian informasi di madrasah juga harus ramah difabel, diantaranya website madrasah yang harus ditambahkan fungsi accessibility statement bagi penyandang tunanetra.
Slamet menambahkan, konten pembelajaran di madrasah harus dapat dinikmati oleh semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas.
“Konten harus dilengkapi dengan teks dan gambar yang jelas, sedangkan video bisa disertai dengan subtitle,” ungkapnya.
Slamet melanjutkan, desain madrasah juga semestinya ramah terhadap penyandang disabilitas, hal ini bisa dimulai dari pemberdayaan dan penguatan guru agar aware terhadap difabel.
Pembelajaran di madrasah juga harus menerapkan universal design learning: pendidikan berdasarkan kepentingan dan kebutuhan siswa.
“Para guru hendaknya akomodatif dalam pembelajaran terhadap peserta didik dengan memperhatikan hak penyandang disabilitas,” tambah Slamet.
Dosen Universitas Brawijaya ini juga mengapresiasi program ini, karena menaruh perhatian dan keberpihakan yang sama terhadap penyandang disabilitas.
“Alhamdulillah ini program yang luar biasa. Semoga Kemenag tetap memberikan akses seluas luasnya kepada penyandang disabilitas melalui workshop atau aktifitas pemberdayaan lainnya," tutup Slamet.