Kisah Pekerja Indonesia Asal Bali di Ukraina: Tidak Bisa Tidur dan Harus Bolak-Balik Bunker
Ni Wayan Era Rustini (26), Pekerja Migran Indonesia (PMI) trauma berkerja di Ukraina.
Editor: Srihandriatmo Malau
"Kalau pendapatan lumayan, ia bisalah pakai membangun seperti balai dangin ini. Ini pun belum selesai," katanya sambil menunjuk bangunan.
Tak Bisa Tidur
Terpisah, Desak Made Yuni, PMI asal Bangli yang bekerja di Kiev mengatakan, pada 24 Februari terjadi ledakan bom, dimulainya serangan Rusia ke Ukraina.
Desak Yuni merasa panik dan takut.
Ia kemudian mengecek grup KBRI, yang di dalamnya terdapat informasi terbaru untuk bersiap-siap evakuasi ke kantor KBRI di Ukraina.
"Langsunglah saya packing-packing, terutama membawa dokumen penting dan baju seadanya."
"Pihak KBRI juga tidak memperbolehkan kami menunggu di luar bangunan sampai jemputan datang," kisahnya saat ditemui di kediamannya, Desa Sulahan, Kecamatan Susut, Selasa (8/3/2022).
Desak Yuni mengungsi di kantor KBRI selama lima hari.
Selama itu pula, ia tidak diperbolehkan keluar bangunan.
"Pada 25 atau 26 Februari terus terdengar suara ledakan bom."
"Setiap ada bom bunyi kita turun ke bunker, kita sembuyi disana bersama-sama," kenangnya.
Di bunker dengan ukuran terbatas, ratusan WNI berdesak-desakan.
Mereka mengutamakan anak-anak.
Selama lima hari mengungsi ini, Desak Yuni mengaku tidak bisa tidur karena harus bolak-balik bunker.