Penelitian Ungkap Asal Muasal Istilah Cebong, Kampret, hingga Kadrun dan Siapa yang Mempopulerkannya
Istilah "cebong" dan "kampret" sudah lumrah terucap pada percakapan di duna maya, khususnya media sosial Twitter.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak Pilpres 2014, banyak istilah untuk menggambarkan "status" politik dalam percakapan media sosial yang populer.
Sebut saja cebong, kampret,buzzer rp, hingga kadrun.
Istilah "cebong" dan "kampret" sudah lumrah terucap pada percakapan di duna maya, khususnya media sosial Twitter.
Cebong merupakan istilah yang diberikan kepada para pendukung Jokowi (Joko Widodo).
Sementara Istilah 'kampret' berasal dari plesetan 'KMP'.
Baca juga: Ade Armando Trending Twitter, Denny Siregar Singgung Kadrun, Guntur Romli Sebut Video Petunjuk
Aslinya, KMP adalah singkatan dari Koalisi Merah Putih (KMP), koalisi partai-partai pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di Pilpres 2014.
Isinya ada Gerindra, PAN, PPP, PKS, PBB, dan Partai Golkar.
Pada Pilpres 2019, KMP berlanjut dengan komposisi partai yang tidak lagi sebanyak era 2014.
Istilah KMP sudah tidak terlalu sering digunakan, namun istilah pelesetannya, yakni 'kampret' tetap sering digunakan.
Istilah itu sering sekali muncul di perdebatan media sosial, baik Twitter, Facebook, maupun lewat amatan politik yang muncul di berita-berita.
Penelitian Drone Emprit mencatat selama tujuh tahun terakhir, terhitung sejak 1 Juli 2015 sampai sekarang terkumpul 14 juta lebih percakapan dengan sebutan tersebut di Twitter.
Dalam data yang dikeluarkan Ismail Fahmi ini diketahui panggilan cebong dan kampret tertinggi terjadi pada April 2019, tepatnya saat Pemilihan Presiden.
Pada periode tersebut, publik menggunakan kata cebong pada lebih dari 400 ribu cuitan, dan kampret mencapai 300 ribu cuitan di Twitter.
Tren penggunaan istilah kedua kata ini menurun tajam setelah pelaksanaan pemilihan presiden (Pilpres), menjadi kurang dari 100 ribu cuitan.