Patologis UGM Minta Tekan Wabah PMK Dengan Membatasi Lalu Lintas Manusia ke Kandang
Penularan PMK bisa memburuk apabila pergerakan manusia tidak diawasi secara ketat.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, Prof. Wasito mengatakan bahwa lalu lintas manusia dari kandang ke kandang harus diperhatikan secara serius untuk menekan penyebaran wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak.
Menurutnya, penularan PMK bisa memburuk apabila pergerakan manusia tidak diawasi secara ketat.
"Kemudian seminggu atau dua minggu sebelum sapi dipotong sebaiknya diambil dulu darahnya untuk dianalisa ada tidaknya virus PMK. Kalau hasilnya sehat barulah bisa dipotong untuk kemudian di konsumsi manusia," ujar Wasito, Juamat, 13 Mei 2022.
Selanjutnya, kata Wasito, pengendalian lalu lintas hewan bisa dilakukan dengan cara deteksi cepat, isolasi virus serta melakukan sekuensig dan analisa filogenetik yang kemudian dilanjutkan dengan pemilihan vaksin speed virus PMK yang serasi dengan isolat virus FMD yang sedang mewabah di lapangan. Apalagi, menurut dia pemberian vaksin tidak bisa dilakukan pada hewan yang terpapar penyakit PMK.
"Vaksin hanya bisa diberikan kepada hewan yang sehat agar tidak terpapar wabah tersebut," katanya.
Di sisi lain, hewan yang menderita PMK juga belum tentu menunjukan gejala klinis secara langsung. Bisa saja ia mengalami kondisi sakit pada rentang waktu seminggu atau mungkin juga 2 minggu tanpa menunjukkan gejala klinis. Tapi hewan yang terpapar PMK mampu menularkan virus ke lingkungan di sekitarnya.
"Jadi sekali lagi vaksin itu diberikan kepada sapi yang sehat. Kalau vaksin diberikan kepada sapi sakit, antibodi yang kemungkinan tidak homolog bisa repot. Artinya bisa terjadi reaksi positif palsu akibat vaksinasi. Terbentuk antibodi tetapi tidak mampu melindungi hewan dari reaksi virus FMD sehingga kemungkinan diperlukan vaksin DIVA," katanya.
Secara singkat, Wasito menjelaskan menular atau tidaknya virus PMK pada manusia bisa dilihat dari sejarah penyakit serupa pada manusia Tahun 1934, dimana saat itu ada tiga orang yang meminum air susu segar kemudian terpapar. Sejarah lainya adalah Tahun 1966 dilaporkan ada orang yang tertular penyakit serupa.
"Gejalanya juga sama. Jadi si hewan demam dan bagian kaki lumpuh. Tapi kan itu tahun 1934 dan tahun 1966. Tentu kejadian dan penanganya mungkin berbeda," ujarnya. (*)