Prediksi Pengamat: Ada 3 Capres dan 5 Wapres di 2024, Sebut Prabowo, Anies, AHY, hingga Khofifah
Seperti diketahui terdapat syarat ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold sesuai aturan Pasal 222 UU Pemilu Nomor 7 Tahun 2017.
Penulis: garudea prabawati
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago memprediksi akan ada tiga poros koalisi pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Seperti diketahui terdapat syarat ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold sesuai aturan Pasal 222 UU Pemilu Nomor 7 Tahun 2017.
Di mana pasangan calon diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20 % dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 % dari suara sah secara nasional pada pemilu anggota DPR sebelumnya.
"Adanya presidential threshold 20 % ini akan sulit dengan nantinya dengan 4 poros di Pilpres 2024, kecuali PDIP mau mengusung dirinya sendiri tanpa berkoalisi," ujarnya kedapa Tribunnews.com, saat hadir sebagai narasumber dalam program Panggung Demokrasi, Rabu (18/5/2022).
Pihaknya pun mengatakan terkait prediksi poros-poros tersebut.
Baca juga: PDIP Tunggu Perintah Ketua Umum Megawati soal Kepastian Koalisi di Pilpres
Pada peta simulasi poros pertama yakni Prabowo-Puan Maharani, partai pengusung PDIP dan Gerindra.
Atau bisa juga, lanjut Pangi, mereka mengusung Anies Baswedan - Puan Maharani, dengan partai pengusungnya bisa PDIP dan Partai Nasdem.
Lantas poros kedua yakni Ganjar Pranowo - Erick Thohir atau bisa juga Ganjar Pranowo - Airlangga Hartarto dengan partai pengusungnya Golkar, PPP, PKB, dan PAN.
Kemudian bisa juga Anies Baswedan - Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dengan partai pengusung Nasdem, PKS dan Demokrat.
Kemudian pada simulasi poros peta koalisi kedua, lanjut Pangi, bisa saja poros pertama Ganjar Pranowo - Erick Thohir atau Ganjar Pranowo - Khofifah, yang diusung PDIP dan PKB.
Poros kedua Prabowo - Ridwan Kamil.
"Ridwan Kamil diambil karena memiliki jumlah suara provinsi terbesar, sedangkan kalau misalnya Prabowo ingin mengambil ceruk segmen dari Muslimat NU Prabowo dapat dipasangkan dengan Khofifah."
"Dan kombinasi Prabowo - Ridwan Kamil maupun Prabowo - Sandiaga Uno atau Prabowo - Airlangga di poros kedua ini bisa diusung oleh Gerindra dan Golkar," lanjut Pangi.
Baca juga: Survei LSJ: Mayoritas Milenial Pilih Prabowo sebagai Presiden Jika Pilpres Digelar Hari Ini
Poros ketiga bisa Anis Baswedan - AHY, dengan partai pengusung PKS dan Demokrat.
Sementara dilihat dari suvey menurut Pangi, unutk posisi calon wakil presiden (wapres) 2024 itu ada beberapa nama.
Yakni Sandiaga Uno dengan elektabilitasnya yang cukup, logistiknya pun juga siap.
"Kedua Erick Thohir, memang beliau sudah kelihatan menjadikan Kementerian itu di posisi abuse of power," ungkapnya.
Juga Ridwan Kamil dan Khofifah yang potensial menjadi calon wakil presiden, kemudian terakhir ada Erlangga Hartarto.
Sedangkan untuk calon presiden 2024 (capres) ada tiga nama yakni Prabowo, Ganjar dan Anis.
Menyoal Koalisi 2024
Pengamat Politik Universitas Sebelas Maret (UNS) Agus Riwanto menilai sistem pemilu presiden di Indonesia sangat memungkinkan untuk terjadinya koalisi partai politik.
Lantaran adanya aturan presidential threshold 20 % .
"Sangat tidak mungkin kalau ada partai yang mandiri kecuali sangat percaya diri seperti PDIP selebihnya itu partai-partai akan mengalami koalisi untuk memenuhi angka 20 % itu," ujarnya.
Menurutnya, koalisi partai politik akan terbangun kalau mekanisme yang mereka buat itu logis.
Pihaknya juga menyebutkan koalisi Indonesia itu unik karena merupakan koalisi yang dasarnya adalah mencari kuasa.
Baca juga: Soal Koalisi di Pilpres, PDIP Tunggu Perintah Ketua Umum Megawati
Dan biasanya tidak bertahan lama, lantaran salah satunya tidak berdasarkan pada ideologi.
"Menurut saya koalisi-koalisi yang akan dibangun di Indonesia dalam Pilpres 2024 ini merupakan koalisi yang sangat cair," katanya.
Bahkan dirinya mengkritisi tidak match, koalisi Indonesia bersatu yang dihuni PAN, PPP. dan Golkar.
"Koalisi Indonesia bersatu itu tidak match, Golkar itu nasionalis, PAN basisnya Muhammadiyah urban masyarakat kota, dan PPPbasisnya NU kebanyakan masyarakat desa, jadi enggak nyambung," katanya.
Hal itu yang kemudian disebut koalisi cair.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)