Ditanya Apakah Kapok ke Singapura, Ustaz Abdul Somad: Singapura itu Bagian Tanah Kami
Hal itu dinyatakan Ustaz Abdul Somad setelah dirinya ditolak masuk oleh Pemerintah Singapura pada Senin (16/5/2022) lalu.
Penulis: Daryono
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Ustaz Abdul Somad (UAS) menyatakan tidak akan kapok ke Singpura.
Hal itu dinyatakan UAS setelah dirinya ditolak masuk oleh Pemerintah Singapura pada Senin (16/5/2022) lalu.
UAS menyatakan hal itu saat ditanya oleh wartawan senior, Karni Ilyas, dalam wawancara di Youtube Karni Ilyas Club, Rabu (19/5/2022).
"Apakah dengan larangan masuk kemarin Ustaz akan kapok pergi ke Singapura?," tanya Karni.
Menjawab hal itu, UAS menegaskan tidak akan kapok pergi ke Singapura.
Baca juga: Massa Aksi Bela Abdul Somad Mulai Berdatangan di Kedubes Singapura Jakarta
Hal ini, kata UAS, karena Singapura merupakan tanah melayu yang mana serumpun dengan Riau.
Sebagai orang Riau, UAS memandang Singapura merupakan kampung halamannya.
"Kalau saya bilang kapok ke Singpura sama dengan saya bilang kapok ke Minangkabau. Karena Singapura adalah tanah melayu. Nenek saya punya kakak, anak cucunya di Singapura."
"Kami orang Riau melihat Singapura itu bagian tanah kami. Karena Singapura itu adalah kerajaan Melayu Tumasik. Setelah kerajaan Melayu Tumasik berpindah ke Malaka. Abad 15 Malaka tumbang lalu menjadi kerajaan Johor. Pecahan Johor itulah Sri Indrapura Riau. Jadi kami serumpun."
"Bagaimana mau tobat, serumpun, kampung halaman. Secara suku kami Melayu," beber UAS.
UAS melanjutkan, tujuannya ke Singapura dengan membawa istri dan anak bertujuan untuk mengenalkan anaknya peninggalan nenek moyang mereka.
"Saya mau bawa anak saya, keponkaan saya, mau memperlihatkan, ini lho Masjid Sultan. Ini tanah moyang orang Tumasik. Ini adalah makam Habib Nuh. Habib Nuh ulama besar, keturunan Rasulullah di Singapura," terangnya.
Baca juga: Polda Metro Siapkan Pengamanan Demo Solidaritas Ustaz Abdul Somad di Kedubes Singapura
Sebelum ditolak masuk pada Senin kemarin, UAS sendiri sudah dua kali ke Singapura.
"Tahun 2012 saya masuk, tahun 2017 sebelum ke Kairo saya masuk. Tidak ada masalah. Dan saya biasa berhubungan baik dengan jamaah Singapura. Kalau saya ada kajian di Batam mereka datang ke Batam."
"Sebelum Covid, mereka datang beberapa bus karena menyeberangnya tidak terlalu jauh. Jadi hubungan saya baik dengan masyarakat Singapura," ujarnya.
Jawaban UAS soal tuduhan sebarkan ekstrimisme
Sebelumnya, UAS juga menjawab perihal tuduhan menyebarkan ekstrimisme.
UAS mengatakan kedatangannya ke Singapura adalah untuk berlibur, bukan untuk memberi ceramah ataupun kegiatan politik.
"Pertama saya datang ke Singapura (untuk) liburan, membawa istri, anak dan sahabat-sahabat sebanyak 7 orang bukan untuk ceramah, kajian atau kegiatan politik dan lain sebagainya," katanya.
Baca juga: Buntut Persoalan Ustaz Abdul Somad, Kantor Kedubes Singapura Bakal Digeruduk Massa Hari Ini
Selanjutnya, UAS menerangkan, terkait pernyataan Singapura dalam tiga poin, di antaranya menyebut dirinya ekstrimis, hal itu semuanya sudah pernah diklarifikasi oleh UAS.
UAS mencontohkan, soal gerakan mati sahid di Palestina, hal itu pernah ia klarifikasi sekira 6 tahun lalu.
Bahwa, pernyataan itu, untuk menjawab pertanyaan mengenai gerakan Palestina dan itu hanya khusus di Palestina.
"Bahwa kaum muslimin (di Palestina) dalam keadaaan lemah tidak ada cara lain, dan itupun mengutip fatwa para ulama bukan fatwa Abdul Somad," ujarnya.
Lalu, soal patung yang ada jin di dalamnya, UAS menyatakan hal itu berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW.
Ia kemudian menyebutkan referensi dari sejumlah ulama.
Sementara untuk penyebutan kafir, UAS mengatakan hal itu merupakan bagian dari ajaran Islam.
"Orang yang tidak percaya kepada Nabi Muhammad SAW itu orang yang mengingkari kedatangan Nabi Muhammad SAW itu disebut orang yang kafir. Kafir itu artinya ingkar. Jadi, penjelasan itu dijelaskan di dalam masjid kepada kaum muslimin, menjawab pertanyaan lalu video itu dipotong, itu udah clear pak Karni. Udah dijelaskan bertahun-tahun yang lalu. Sudah diklarifikasi," bebernya.
Lebih lanjut, soal tuduhan dirinya menyebarkan ekstrimisme, UAS mempertanyakan adanya perbedaan penilaian dari negara-negara ASEAN.
"Adapun kalau saya disebut sebagai ekstimis and segregation as teaching sementara saya mengajar sebagai visiting profesor di University Islam Sultan Sharif Ali Brunei Darussalam, saya mendapatkan gelar doktor honoris causa dari University Internasional Antar Bangsa Selangor Malaysia. Kenapa beda penilaian antara negara-negara ASEAN?," ujarnya.
Baca juga: Media Asing Ramai Soroti Ustaz Abdul Somad Dilarang Masuk ke Singapura, Sebut Tudingan Ekstremis
Mendapat penjelasan tersebut, Karni Ilyas kemudian bertanya lagi perihal pendapat atau ceramah UAS yang dianggap tidak bisa diterima masyarakat Singapura yang multi ras dan multi agama.
Menjawab hal itu, UAS mengatakan hal itu merupakan masalah politik.
"Ini masalah politik pak Karni. Masalah kekuatan umat Islam saja. Kalau di suatu negeri itu umat Islam kuat saya bisa masuk, saya bisa mengajar, saya bisa tausiah, saya bisa ceramah. Kebetulan di Singapura itu umat Islamnya lemah," katanya.
Diberitakan sebelumnya, UAS ditolak masuk ke wilayah Singapura, Senin lalu.
Ditjen Imigrasi Kemenkumham mengungkap kronologi UAS ditolak masuk Singapura.
Subkoordinator Humas Ditjen Imigrasi, Achmad Noer Saleh, mengatakan UAS hendak masuk ke Singapura bersama enam keluarganya yakni SN, Hn, FA, AMA, SQA, SAM.
Mereka berangkat dari Pelabuhan International Batam Center menggunakan kapal MV Brilliance of Majestic pada pukul 12.50.
Setiba di Singapura, ICA (Otoritas Imigrasi dan Pemeriksaan Singapura) menolak masuk (denied entry) tujuh orang tersebut dengan alasan tidak memenuhi syarat untuk berkunjung ke Singapura.
Tujuh orang tersebut langsung kembali ke Indonesia pada kesempatan pertama dan tiba kembali di TPI Batam Center pada pukul 18.10.
(Tribunnews.com/Daryono)