GPDRR Lahirkan Tujuh Rekomendasi Agenda Bali untuk Resiliensi Bencana
GPDRR ke-7 ini mengangkat tema besar 'From Risk to Resilience: Towards Sustainable Development for All in a Covid-19 Transformed World'.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Muhammad Zulfikar
"Berita baiknya adalah karena keputusan manusia lah yang membuat bencana lebih mengerikan, keputusan manusia juga yang dapat membalikkan kecenderungan ini, mengurangi dampak bahaya, mengurangi dampak bencana ketika menimpa kita," tegas Mizutori.
UNDRR pun menyampaikan apresiasinya terhadap Indonesia yang menghargai keragaman dalam segi apapun, termasuk memberikan kesempatan pada mereka yang memiliki keterbatasan fisik untuk ikut bergabung dalam forum tersebut.
Mizutori merasa bangga melihat jumlah peserta penyandang disabilitas meningkat dua kali lipat dari pertemuan sebelumnya.
"Saya sangat bangga bahwa Platform Global ini benar-benar mencerminkan pendekatan seluruh masyarakat dari Kerangka Sendai, dan tentu saja kami memiliki orang-orang dari seluruh dunia," jelas Mizutori.
Ia pun mengucapkan terima kasih untuk momentum kali ini yang dianggap sebagai salah satu hal terbaik dalam konferensi tersebut.
"Sekali lagi saya harus berterima kasih kepada Indonesia untuk ini. Dan saya percaya bahwa ini akan menjadi salah satu warisan indah yang dapat kita tinggalkan di sini, di pusat konferensi ini," kata Mizutori.
Sementara itu, Perwakilan dari Aliansi Disabilitas Internasional (IDA), Elham Youssefian menyampaikan bahwa pihaknya masih meyakini pendekatan seluruh masyarakat (whole society) dan seluruh pemerintah (whole government) dapat digunakan sebagai solusi utama dalam mengurangi risiko bencana.
Baca juga: Ketua DPR Dorong Perempuan Lebih Banyak Dilibatkan dalam Program Penanggulangan Bencana
"Tetapi pendekatan whole society yang kami maksud adalah semua masyarakat, tanpa memandang jenis kelamin, kebangsaan, ras, disabilitas, status adat, warna kulit, agama, kemiskinan, status ekonomi, atau status pengungsi atau pengungsi," tegas Youssefian.
Youssefian kemudian menekankan bahwa melalui pendekatan whole government, pihaknya berharap setiap sektor pemerintah dapat terlibat dan memiliki rencana spesifik terkait 'bagaimana cara mereka untuk terlibat dan apa yang ingin mereka lakukan'.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, menyimpulkan pembahasan dalam rangkaian agenda tersebut.
"Presiden Indonesia sebagai tuan rumah mendorong masyarakat internasional untuk meningkatkan kerja sama dalam manajemen risiko bencana melalui kolaborasi berdasarkan prinsip-prinsip penguatan budaya sadar bencana dan edukasi untuk pengurangan risiko. Kedua, investasi pada sains teknologi," kata Suharyanto saat upacara penutupan GPDRR di BNDCC, Bali, pada Jumat malam (27/5/2022).
Platform Global ini merupakan seruan bagi negara-negara untuk mempercepat implementasi seluruh prioritas Kerangka Sendai guna menghentikan laju peningkatan dampak dan risiko bencana.
Baca juga: Indonesia Berbagi Pengalaman Bangun Ketahanan Bisnis dan Komunitas di GPDRR Bali
Suharyanto menambahkan, rekomendasi utama yang dihasilkan adalah penerapan pendekatan 'Think Resilience' pada semua bentuk investasi dan pengambilan keputusan, mengintegrasikan kebijakan pengurangan risiko bencana melalui pendekatan Pentahelix.
Dalam rangkaian agenda yang mempertemukan seluruh delegasi dari berbagai negara di Bali Nusa Dua Conventions Center (BNDCC), Bali itu, lahirlah 7 rekomendasi agenda Bali untuk resiliensi bencana, meliputi: