Soal Masa Kampanye Pemilu 2024 Selama 75 Hari, Pengamat: Tidak Ideal, Minimal 3 Bulan
Pengamat menilai durasi masa kampanye Pemilu 2024 yang selama 75 hari belum ideal. Ia menginginkan minimal selama 3 bulan.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Inza Maliana
TRIBUNNEWS.COM - Pengamat politik sekaligus pendiri Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai, masa kampanye Pemilu 2024 selama 75 hari tidak ideal.
Menurutnya, durasi kampanye Pemilu yang ideal adalah selama tiga bulan atau 90 hari.
Pangi menganggap durasi kampanye Pemilu 2024 selama 75 hari akan membuat kemungkinan sosialisasi ke masyarakat mengalami masalah.
“Masa kampanye kita terlalu pendek, sehingga ada kemungkinan sosialisasi kurang sampai ke masyarakat, apalagi nanti KPU kurang mensosialisasikan lewat alat peraga atau instrumen kampanye yang kurang efektif,” tuturnya saat dihubungi Tribunnews, Selasa (7/6/2022).
Lebih lanjut, Pangi juga menanggapi pernyataan Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian soal alasan durasi masa kampanye Pemilu 2024 selama 75 hari yaitu faktor keamanan dan mengurangi keterbelahan di masyarakat.
Baca juga: Audiensi Pimpinan DPR dengan KPU Pastikan Tidak Ada Pengunduran Pemilu 2024
Baca juga: Kampanye Pemilu Cuma 75 Hari, Perludem: KPU Wajib Buka Informasi Calon Seluas-Luasnya
Ia mengatakan, keterbelahan di masyarakat saat pemilu itu hanya terjadi saat Pilpres saja.
Namun, kata Pangi, saat pemilihan yang lain seperti pemilihan legislatif (Pileg) jarang terjadi konflik di masyarakat.
“Sebenarnya soal keterbelahan dan konflik di masyarakat itu kuat hanya di Pilpres saja. Kalau pemilihan lain nggak terlalu berpotensi konflik karena misalnya pemilihan DPRD, mereka (masyarakat) jarang konflik,” jelasnya.
“Kalau Pilpres iya, ada potensi keterbelahan dan konflik sosialnya terasa, tapi kan itu bisa diatasi dengan memunculkan banyak calon,” imbuh Pangi.
Hanya saja, Pangi menganggap faktor durasi masa kampanye bukan menjadi satu-satunya hal yang menyebabkan adanya polarisasi di masyarakat tetapi ada faktor lainnya seperti isu identitas.
“Bisa juga misalnya polarisasi isu identitas yang digoreng sampai gosong, ini yang membuat pemilu kia kehilangan makna dan identitas,” katanya.
Ingin Ada 3 Capres di Pilpres 2024
Di sisi lain, menanggapi telah dimulainya tahapan Pemilu 2024, Pangi menginginkan adanya tiga calon presiden (capres).
Menurutnya, jika kontestasi Pemilu 2024 khususnya Pilpres hanya diisi oleh dua kandidat seperti Pemilu 2014 dan 2019, dirinya mengungkapkan lebih baik ajang lima tahunan ini dihentikan.