Indonesia Indicator Beri Nilai 76 Rapor Kinerja Polri di HUT Ke-76
Memasuki usia ke-76, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dinilai semakin profesional dalam melaksanakan penegakan hukum.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Johnson Simanjuntak
Sedangkan lima top isu teratas Polri berdasarkan engagement yakni: Seputar Lalu Lintas, Hilangnya Emmeril Khan, Kasus Penipuan Berkedok Investasi, Oknum Polisi, dan Pengungkapan Narkoba. Di medsos, peran Polri dalam penanggulangan Covid-19 masih banyak menyita atensi netizen.
“Polri dinarasikan positif ketika aktif mendistribusikan vaksin booster untuk masyarakat dari berbagai kelompok umur. Imbauan-imbauan untuk tetap menjaga protokol kesehatan meskipun laju penyebaran COVID-19 sudah menurun kerap disuarakan akun-akun internal Polri di level Polsek maupun Polres. Polri juga dinarasikan netizen, selalu terdepan menyalurkan bantuan sosial kepada masyarakat terdampak Covid-19,” ungkap Rustika.
Konflik Wadas, lanjut dia, menjadi isu yang memberikan sentimen negatif terhadap Polri. Isu yang besar pada awal bulan Februari ini banyak berisi tentang aksi pengepungan desa oleh aparat kepolisian. Selain itu, isu pengepungan masjid di Desa Wadas oleh aparat juga menguatkan narasi negatif terhadap Polri. Meski demikian, kata dia, terdapat upaya Polri dalam meredam gelombang kritikan yakni dengan melakukan evaluasi, merespons temuan Komnas HAM, serta memeriksa 6 polisi yang diduga melanggar SOP dalam konflik Wadas.
Catatan I2
Melihat rekam jejak kinerja Polri dalam beberapa tahun terakhir terlihat adanya peningkatan profesionalitas Polri, meskipun tentu masih ada catatan. Namun demikian terlihat bagaimana Polri mampu bergerak cepat melayani dan mendengar keluhan masyarakat baik terkait situasi keamanan nasional maupun berbagai persoalan terkait profesionalitas Polri itu sendiri.
Dalam beberapa sisi terlihat Kapolri bertindak cepat apabila melihat ada problema yang terjadi di lapangan, seperti terlihat dalam kasus Wadas, Brotoseno, Papua, dan masih banyak lagi.
Kemampuan strategi komunikasi public Polri juga semakin baik, puji Rustika. Menurut Rustika, komunikasi akan efektif dan efisien jika masyarakat percaya kepada Polri.
“Catatan dari analisis media sosial menunjukkan bahwa untuk memperoleh hati rakyat Polri perlu lebih sering hadir di masyarakat mendengarkan keluh kesah rakyat terutama terkait pelayanan Polri di masyarakat. Membantu mencari solusi masalah sejauh dimungkinkan,” cetus Rustika. Selain itu, kata dia, Polri perlu aktif bersama masyarakat menjaga Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar berdirinya bangsa dan negara Indonesia.
“Anggota Polri juga harus terus meningkatkan disiplin anggota Polri, membangun karakter anggota Polri yang humanis dan sederhana agar tak terjerumus dalam praktik korupsi dengan segala bentuknya. Tahun politik merupakan tantangan untuk menjaga Polri dari godaan politik uang. Polri harus dapat menempatkan diri dalam posisi netral dalam kontestasi politik maupun saat terjadi konflik sosial,” kata dia.
Selain itu, Rustika menyarankan agar Polri bersama komponen masyarakat lainnya seperti komunitas literasi digital aktif memberi edukasi kepada masyarakat agar terbangun masyarakat yang kritis terhadap berbagai konten di dunia maya. Sehingga, masyarakat mampu memanfaatkan yang baik dan menghindari konten negatif dan berbahaya.
“Polri harus terbuka pada segala masukan dari masyarakat termasuk terkait kritik,” ucap Rustika. Menurut dia, yang mungkin sulit adalah bagaimana insan Polri dapat meneladan sosok Jenderal Hoegeng, sebagai insan polisi yang jujur, hidup sederhana , dekat dengan rakyat, tidak korupsi dan hidup mewah, bekerja sepenuh hati sebagai polisi. (*)