LSI Denny JA Ungkap Poros Ketiga Alias Poros Sisa Dunia Bakal Sulit Terealisasi di Pilpres 2024
(LSI) Denny JA mengungkap poros ketiga alias poros sisa dunia bakal sulit terealisasi di pemilihan presiden 2024.
Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengungkap poros ketiga alias poros sisa dunia bakal sulit terealisasi di pemilihan presiden 2024.
Mereka memiliki empat alasan mengapa poros itu sulit terkonsolidasi.
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ade Mulyana mengungkapkan bahwa pihaknya melihat hanya ada dua poros di Pilpres 2024 mendatang.
Dua poros utama itu adalah poros PDIP dan poros Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
Ia menyatakan bahwa poros PDIP disebut tak perlu berkoalisi lantaran telah memenuhi presidential threshold (PT) yaitu mencapai 22,6 persen.
Di sisi lain, poros KIB yang diisi oleh Golkar, PAN dan PPP juga memiliki gabungan suara sebesar 25,73 persen.
Baca juga: Kontestasi Pilpres 2024 Mengerucut 3 Poros, Elektabilitas PDIP Tertinggi Menurut Survei CigMark
"Mereka sudah memiliki tiket Pilpres. Sementara satu poros lagi, poros ketiga yaitu poros sisa dunia terlihat masih rumit untuk memastikan tiket capres dan cawapres," kata Ade di Kantor LSI, Jakarta, Rabu (6/7/2022).
Ia menyampaikan poros ketiga akan sulit terealisasi karena adanya persaingan leadership di antara tokoh dari partai-partai.
Ketiga tokoh itu adalah Prabowo Subianto, Surya Paloh dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
"Tanpa mengecilkan tokoh dari PKB dan PKS, masih sulit membayangkan ketiga tokoh ini tergabung dalam satu poros dan dikomandoi oleh salah satu dari ketiga tokoh tersebut," jelasnya.
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa poros sisa dunia tersebut juga masih saling mendorong tokoh yang berasal dari internalnya untuk melaju di Pilpres 2024. Hal inilah yang semakin membuat poros ini semakin sulit terkonsolidasi.
Baca juga: Pengamat Sebut NasDem, PKS dan Demokrat Ingin Bangun Poros Akhiri Dominasi Kekuatan Politik PDIP
"Masih sulit membayangkan bahwa partai-partai tersebut akan mudah berkompromi mengenai nama capres dan cawapres di tengah banyaknya nama capres dan cawapres yang disodorkan dan beragamnya kepentingan parpol," ungkapnya.
Alasan ketiga, kata dia, partai-partai di poros ketiga masih mungkin bergabung dengan poros PDIP maupun poros KIB. Apalagi, partai-partai itu memiliki kedekatan historis dengan kedua poros yang ada.
"Melihat historis partai dan kedekatan komunikasi antara elite partai, Gerindra dan PKB masih mungkin bergabung dengan poros PDIP. Sementara Partai Demokrat dan PKS masih bisa bergabung dengan KIB," bebernya.
Alasan terakhir, ia menyatakan bahwa partai Gerindra masih berada di atas angin. Pasalnya, partai besutan Prabowo Subianto itu hanya membutuhkan tambahan satu partai saja untuk bisa mendapatkan tiket Pilpres.
"Kursi Gerindra di parlemen sebesar 13,57 persen. Jika berkoalisi dengan salah satu Diantara partai partai sisa dunia maka Gerindra akan memenuhi syarat konstitusional tiket Pilpres. Sementara partai lain kecuali jika Nasdem berkualisi dengan PKB maka harus membutuhkan tambahan dua partai politik agar bisa mencalonkan capres Cawapres," pungkasnya.