Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pemerintah Perlu Strategi dalam Menurunkan Prevalensi Perokok di Indonesia

Tingginya jumlah perokok di Indonesia berimplikasi dalam aspek sosial ekonomi.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Erik S
zoom-in Pemerintah Perlu Strategi dalam Menurunkan Prevalensi Perokok di Indonesia
kontan.co.id
(Ilustrasi) Mantan Direktur Riset Kebijakan dan Kerja Sama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tikki Pangestu mengatakan, Indonesia memiliki jumlah perokok sebanyak 69 juta orang. 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Direktur Riset Kebijakan dan Kerja Sama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tikki Pangestu mengatakan, Indonesia memiliki jumlah perokok sebanyak 69 juta orang.

Hal tersebut menyebabkan dampak terhadap kesehatan masyarakat, tingginya jumlah perokok berimplikasi dalam aspek sosial ekonomi.

Baca juga: Geledah Gudang Peternakan Sapi, Bea Cukai Amankan Rokok Ilegal Senilai Rp 4,82 Miliar

Alasannya, Pemerintah pun menghadapi beban anggaran kesehatan akibat kebiasaan merokok.

“Dari perspektif kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi, (hal ini) memerlukan strategi maupun intervensi serta kebijakan yang akan memungkinan dalam menurunkan prevalensi perokok di Indonesia,” ujar Tikki melalui keterangan tertulis, Jumat (2/9/2022).

Isu ini menjadi pembahasan dalam diskusi online yang diselenggarakan oleh Alomedika bertemakan Reducing the Harm of Smoking: Is Tobbaco Harm Reduction Feasible?

Menurutnya, strategi yang dapat dilakukan pemerintah saat ini adalah menerapkan konsep pengurangan bahaya dengan memanfaatkan produk tembakau alternatif.

Berita Rekomendasi

Produk tembakau alternatif tersebut berupa produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, maupun kantong nikotin.

“Intervensi melalui produk-produk yang menerapkan konsep pengurangan bahaya itu lebih efektif dibandingkan produk-produk seperti nicotine replacement therapy dalam membantu mereka yang mau berhenti merokok," kata Tikki.

Produk tembakau alternatif, menurutnya, akan semakin lebih efektif menekan prevalensi perokok.

Baca juga: Tegas, Bea Cukai Sita Jutaan Batang Rokok Ilegal di Jateng dan Jatim

Hal ini dapat terwujud apabila pemerintah memberikan kemudahan akses dan memperluas diseminasi informasi akurat kepada para perokok dewasa.

Dengan begitu, semakin banyak perokok dewasa yang kesulitan berhenti merokok akan beralih ke produk tembakau alternatif dan penjualan rokok juga akan mulai turun.

“Itu adalah strategi kunci untuk mengatasi masalah yang sangat kompleks ini. Produk hasil pengembangan teknologi dan inovatif seperti ini memiliki potensi sangat besar,” ungkap dia.

Dokter spesialis onkologi dari Inggris, Peter Harper, menambahkan sumber ragam penyakit dari rokok terdapat pada asapnya yang merupakan hasil proses pembakaran.

Pada asap rokok mengandung sekitar 5 ribu senyawa kimia, di mana sekitar 80 diantaranya bersifak toksik hingga dapat memicu timbulnya kanker.

“Anda merokok untuk nikotin, tetapi meninggal karena asapnya,” kata Harper.

Baca juga: Faisal Basri: Rokok Penyumbang Terbesar Kedua Garis Kemiskinan di Indonesia

Harper menyarankan perokok dewasa agar berhenti merokok. Apabila kesulitan berhenti langsung, maka produk tembakau alternatif adalah opsinya.

Sebab, produk tembakau yang dipanaskan maupun rokok elektrik menerapkan sistem pemanasan, bukan pembakaran seperti pada rokok.

Dengan penerapan sistem kerja tersebut, produk tembakau alternatif tidak menghasilkan asap dan abu.

“Berhenti langsung adalah pilihan terbaik. Apabila strategi saat ini belum berhasil, produk inovatif dapat membawa solusi untuk membantu mereka yang kesulitan untuk berhenti merokok sekaligus mengurangi dampaknya terhadap kesehatan," pungkas Harper.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas